Gangguan Tidur- Jenis, Diagnosa, dan Intervensi

Gangguan Tidur- Sejak abad 19, tidur sudah mempengaruhi konsep psikologi abnormal dan sudah menjadi bagian dari terapi. Hal ini berlaku bagi orang dengan gangguan mental yang parah.

Individu dengan kurang tidur yang kronis memiliki dampak yang cukup parah untuk dirinya. Hubungan antara tidur dan kesehatan mental sangatlah kompleks.

Hal ini dapat menghambat rutinitas atau kegiatan individu sehari-hari dan gangguan ini dapat dikarenakan beberapa gangguan yang biasa terjadi pada gangguan psikologis.

Wilayah otak yang terlibat dengan mimpi dalam tidur adalah Rapid Eye Movement (REM). Hubungan neurobiologis timbal balik didalamnya menunjukkan adanya keterkaitan antara tidur REM terkait dengan depresi.

Gangguan tidur dibagi menjadi dua kategori, yaitu dyssomnia dan parasomnia.

Dysomnia adalah kondisi di mana sulit tidur dan adanya keluhan mengenai kualitas tidurnya, individu merasa tidak segar walaupun telah tidur sepanjang malam.

Sedangkan parasomnia ditandai dengan perilaku-perilaku abnormal atau berupa aktivitas fisiologis yang terjadi selama tidur, seperti berjalan dalam tidur.

Keduanya akan dibagi menjadi beberapa subtipe. Akan dijelaskan pada pembagian jenis jenis gangguan tidur.

Kebiasaan tidur dapat dilihat dari beberapa tindakan. Seperti respirasi dan desaturasi oksigen (ukuran aliran udara). Gerakan kaki, aktivitas gelombang otak yang diukur dengan electroencephalogram.

Gerakan mata diukur dengan electrooculogram, gerakan otot diukur dengan elektromiogram, dan aktivitas jantung yang diukur dengan elektrokardiogram.

Baca Juga: Gangguan Makan

Daftar Isi

Diagnosis Gangguan Tidur

DSM-IV-TR membagi gangguan tidur menjadi empat dari dugaan etiologi.

Gangguan tidur primer adalah gangguan tidur yang tidak terdaftar (misal gangguan mental lain, kondisi medis umum, atau zat).

Gangguan tidur yang melibatkan gangguan mental lain melibatkan keluhan utama yang diakibatkan ganggaun mental yang dapat didiagnosis (seringkali gangguan mood atau gangguan kecemasan), mekanisme fisiopatologis juga bertanggungjawab atas gangguan mental yang mempengaruhi pengaturan sleep-wake.

Gangguan tidur karena kondisi medis umum, melibatkan keluhan utama dari kondisi medis pada sistem sleep-wake.

Sedangkan gangguan tidur yang diinduksi zat, melibatkan keluhan utama yang diakibatkan oleh penggunaan bersamaan atau penghentian penggunaan zat terkini, termasuk zat obat.

Gangguan Tidur Disomnia

Gangguan tidur disomnia adalah gangguan tidur berdasarkan jumlah dan kualitas tidurnya. Gangguan Disomnia ini terbagi menjadi 5 subtipe gangguan tidur.

Diantaranya adalah Hipersomnia, Insomnia, Tidur terkait pernapasan, Narkolepsi, dan Ritme sirkadian.

Penjelasan akan diulas dibawah ini.

Hipersomnia

Hipersomnia merupakan sebuah kondisi yang mana seorang individu terjadi ras kantuk yang berlebihan atau meningkatnya jam atau waktu tidur.

Hal ini dapat terjadi akibat buruknya kualitas dan kuantitas tidur seseorang atau akibat adanya faktor intrinsik terlepas dari terlepas dari seberapa banyak atau seberapa “baik” seseorang tidur.

Gejala hipersomnia juga disebut dengan Excessive daytime sleepiness (EDS), rasa kantuk berlebihan di siang hari. Seseorang yang tidur pada malam hari, mendapati dirinya tidur lagi pada keesokan harinya pada saat siang hari.

EDS adalah ketidakmampuan untuk tetap terjaga dan waspada selama dalam periode satu hari.

EDS dapat diukur menggunakan skala subjektif, seperti Epworth Sleepiness Scale dan Sanford Sleepiness Scale. Atau diukur secara kuantitatif dengan Multiple Sleep Latency Test (MSLT).

Istilah hipersomnia telah digunakan secara berbeda di beberapa klasifikasi diagnostik.

Dalam ICSD, istilah hipersomnia bersifat diagnostik, untuk menjelaskan keluhan kantuk di siang hari atau kantuk di siang hari yang berlebihan.

Sementara dalam DSM-V, istilah hipersomnia digunakan sebagai gejala yang didefinisikan sebagai episode tidur nokturnal yang berkepanjangan atau jumlah tidur harian > 9 jam.

Hipersomnolensi digunakan sebagai nama kelompok (yaitu, gangguan hipersomnensi), dan juga deskripsi gejala.

Dalam versi DSM terdahulu, yaitu DSM IV, Hipersomnia disandingkan dengan penggunaan terminologi “Hypersomnia Primer” atau primary hypersomnia.

Penjelasan Hipersomnia Primer menurut DSM IV sejalan dengan penjelasan Idiopathic Hypersomnia dalam International Classification of Sleep Disorder (ICSD).

Dalam ICSD sendiri terdapat penjelasan khusus mengenai Hipersomnia utama, dalam hal ini digunakan istilah Recurrent Hypersomnia, yang sebenarnya memiliki konsep yang sama dengan penjelasan Hipersomnia Primer dalam DSM IV.

EDS

EDS sering dimanifestasikan sebagai sebuah bentuk penyimpangan yang tidak disengaja (unintended lapses) untuk mengantuk hingga tertidur atau tidur dalam waktu singkat (micro sleep).

Hal ini merupakan episode singkat tertidur selama 3 detik. EDS dapat bervariasi dalam intensitas dan memburuk dalam situasi yang tidak memerlukan partisipasi aktif.

Jika parah, dapat mengakibatkan perilaku otomatis. Ini ditandai dengan aktivitas setengah terarah selama kantuk.

Biasanya berlangsung selama beberapa menit dengan amnesia parsial atau lengkap. Ini dapat terjadi pada hingga 40% pasien dengan narkolepsi.

Insomnia

Insomnia adalah gangguan tidur yang paling umum ditemui. Gangguan ini seringkali dianggap bahwa individu tidak tidur sama sekali, namun hal tersebut hanya terjadi pada beberapa kasus.

Individu dikatakan insomnia jika kesulitan untuk memulai tidur tetapi Ia sering terbangun dan tidak dapat kembali tidur. Tidur yang kurang dapat menimbulkan kecemasan, lebih lanjut lagi kecemasan dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.

Konsekuensi yang ditimbulkan seperti kecelakaan saat mengemudi, kurang berhasil di sekolah karena sulit konsentrasi, ataupun kesulitan dalam pekerjaan.

Insomnia muncul disertai dengan gangguan medis dan psikologis. Seperti rasa sakit dan rasa tidak nyaman pada fisik, aktivitas fisik pada siang hari, dan masalah pernapasan.

Gangguan ini juga dapat mengakibatkan pada masalah jam biologis dan kontrol suhu tubuh. Faktor yang dapat mengganggu tidur adalah penggunaan narkoba dan pengaruh lingkungan seperti perubahan cahaya, kebisingan, atau suhu yang berubah drastis.

Adanya tekanan psikologis seperti perasaan cemas atau tegang karena akan ujian juga dapat mengurangi kemampuan untuk tidur.

Terdapat tiga jenis insomnia yang disebutkan ICSD, yaitu Insomnia Ringan, Sedang, dan Berat.

Insomnia ringan, menjelaskan adanya keluhan karena kurangnya tidur atau merasa tidak beristirahat yang terjadi hampir setiap malam setelah episode kebiasaan tidur.

Ini sering dikaitkan dengan perasaan gelisah, mudah marah, kecemasan ringan, kelelahan di siang hari, dan kelelahan.

Insomnia sedang, adanya keluhan mengenai jumlah tidur yang tidak tercukupi atau merasa tidak beristirahat setelah episode kebiasaan tidur.

Jenis ini disertai dengan gangguan pada fungsi sosial atau pekerjaan yang ringan atau sedang, selalu dikaitkan dengan perasaan gelisah, lekas marah, gelisah, kelelahan siang hari, maupun kelelahan.

Insomnia berat, menjelaskan adanya keluhan setiap malam mengenai jumlah tidur yang  tidak mencukupi dan merasa tidak beristirahat.

Hal ini disertai dengan gangguan pada fungsi sosial maupun pekerjaan yang parah.

Insomnia berat selalu terkait dengan perasaan gelisah, mudah marah, cemas, keleahan di siang hari, dan kelelahan.

Breathing Related Sleep Disorder

Gangguan Tidur
Pexels.com

Individu dengan breathing-related sleep disorders memiliki kantuk di siang hari atau tidur malam yang terganggu memiliki alasan.

Diantaranya adalah masalah dengan pernapasan saat tidur. Dalam DSM-IV TR masalah ini didiagnosis sebagai gangguan tidur terkait pernapasan.

Secara umum ketika tidur otot-otot dalam pernapasan tampak rileks. Pada gangguan ini, otot-otot tersebut cenderung menyempitkan lorong sehingga mempersulit jalannya pernapasan.

Gangguan ini biasa disebut dengan Sleep Apnea. Apnea tidur adalah gangguan yang serius pada pernapasan yang terjadi saat tidur dimana saluran pernapasan terhambat karena dinding tenggorokan yang menyempit dan mengendur.

Apnea tidur terbagi dalam tiga jenis, yaitu apnea tidur obstruktif, sentral, dan kompleks.

Apnea tidur obstruktif adalah jenis yang paling umum terjadi, dimana otot tenggorokan mengendur.

Sedangkan apnea tidur sentral terjadi ketika otak tidak mengirim sinyal dengan baik pada otot yang mengatur pernapasan.

Sementara itu, apnea tidur kompleks merupakan kombinasi dari kedua apnea tersebut.

Circadian Sleep Disorder

Gejala ini dikenali mengganggu  tidur, baik insomnia atau rasa kantuk berlebih di siang hari.

Disebabkan akibat ketidakmampuan otak untuk mensinkrikan pola tidur dengan pola siang malam. 

Otak memiliki mekanisme khusus untuk mengatur ritme ini, jam biologi ini merupakan  apa yang disebut suprachias-matic nucleus di dalam  hipotalamus. Inti suprachias-matic terhubung langsung dengan mata.

Sayangnya ada beberapa orang yang mengalami gangguan dalam ritme ini, hal ini dapat disebabkan karena faktor eksternal. Yakni melintasi beberapa wilayah waktu yang berbeda dalam waktu singkat atau internal.

Ada beberapa tipe gangguan ritme sirkadian. Jet lag merupakan tipe yang disebabkan oleh melintasi beberapa wilayah waktu yang berbeda dalam waktu singkat.

Yang kedua merupakan masalah tidur yang disebabkan oleh jadwal misalnya adalah shift kerja.

Baca Juga: Gangguan Makan

Narcolepsy

Gangguan Tidur
Pexels.com

Narkolepsi adalah salah satu jenis gangguan tidur di mana pengidapnya dapat tertidur mendadak ketika menjalani aktivitas di siang hari.

Hal ini disebabkan karena kadar neurotransmitter yang membantu mengatur keadaan sadar sangat rendah. Keadaan ini mengakibatkan kehilangan kendali atas siklus tidur dan terjaga.

Narkolepsi ditandai dengan empat gejala utama yaitu: kantuk yang berlebihan di siang hari, cataplexy, hypnagogic (terjadi pada saat tidur), dan sleep paaralysis.

Pasien dengan narkolepsi mengalami episode kantuk yang berlebih setiap harinya. Tingkat kantuk tersebut sebanding dengan yang dialami oleh orang sehat yang kurang tidur selama dua hingga tiga hari.

Pasien narkolepsi tidak dapat melakukan aktivitas siang harinya, sekolah atau bekerja, dengan tanpa gangguan. Hal ini karena pasien narkolepsi kerap kali mendapat serangan kantuk yang berat secara tiba-tiba.

Salah satu dari gejala narkolepsi adalah cataplexy. Cataplexy adalah gejala narkolepsi di mana melemahnya otot secara tiba-tiba tanpa hilangnya kesadaran.

Seringkali hal ini dipicu oleh emosi yang kuat seperti tertawa, terkejut, atau amarah. Individu dengan cataplexy yang parah dapat secara tiba-tiba jatuh ke tanah tanpa bisa bergerak atau berbicara selama beberapa detik atau bahkan menit.

Diagnosis

Berdasarkan DSM-IV-TR, seseorang dapat ditetapkan memiliki narkolepsi jika:

  • Serangan kantuk yang tak tertahankan terjadi setiap hari dalam 3 bulan.
  • Adanya cataplexy dan atau intruksi berulang gerakan mata cepat (REM) tidur ke dalam transisi antara tidur dan terjaga.
  • Dan gangguan terjadi bukan karena efek dari suatu zat atau kondisi medis lainnya.

Gangguan Tidur Parasomnia

Berbeda dengan gangguan tidur disomnia, gangguan tidur parasomnia lebih kepada perilaku abnormal atau perilaku fisiologis yang terjadi selama individu tidur.

Gangguan tidur parasomnia terbagi menjadi 3 subtipe, diantaranya adalah: Mimpi buruk, Tidur berjalan, dan Tidur teror. Silahkan baca pengertian masing-masingnya pada ulasan dibawah ini.

Gangguan Mimpi buruk

Gangguan Kecemasan
Pexels.com

Gangguan mimpi buruk atau biasa yang dikenal dengan Nighmare Disorder merupakan proses terjaga dari tidur. Dimana hal ini terjadi secara berulang karena mimpi yang menakutkan.

Mimpi buruk biasanya melibatkan suatu cerita yang panjang. Dimana dalam mimpi tersebut terdapat bahaya atau ancaman yang sudah dekat dengan individu.

Orang yang mengalami mimpi ini biasanya akan mengingat saat sudah terbangun dari tidurnya.

Biasanya jika terbangun di tengah malam, individu akan cenderung susah tidur lagi dikarenakan adanya kecemasan dan ketakutan.

Mimpi buruk sering dihubungkan dengan kejadian traumatis. Misalnya adalah banyaknya ditemukan anak-anak yang mengalami mimpi buruk karena tragedi bencana. Misal: Tsunami aceh dan Gempa Jogja.

Namun pada Umumnya mimpi buruk disebabkan karena stress yang dialami individu.

Mimpi Buruk ini muncul pada periode Tidur REM. Mimpi ini biasanya muncul dalam sepertiga malam atau subuh.

Gangguan Tidur Berjalan

Gangguan tidur sambil berjalan biasa dikenal dengan Sleepwalking Disorder atau Somnabulisme.

Gangguan tidur sambil berjalan ini merupakan episode berulang dimana orang yang sedang tidur bangkit dari tidurnya. Biasanya indivdu ini terbangun dan berjalan ke sekitar halaman rumah.

Gangguan ini terjadi pada anak-anak dimana prevalensinya adalah 1-5%. Antara 10-30% setidaknya dari mereka pernah mengalami 1 kali dalam hidup mereka.

Penyebab gangguan ini masih belum diketahui, meskipun demikian, faktor genetis dan lingkungan diduga mempengaruhi gangguan ini.

Orang yang mengalami gangguan tidur sambil berjalan memiliki tatapan yang kosong, ketika dipanggil tidak hirau. Walaupun secara terlihat mata, orang yang mengalami gangguan ini tampak sadar.

Ketika keesokan harinya ditanya tentang kejadian semalam, individu dengan gangguan ini cenderung tidak sadar dengan apa yang terjadi.

Tidak ada dasar yang meyakinkan bahwa gangguan ini berbahaya.

Gangguan Tidur Teror

Gangguan teror dalam tidur biasanya dimulai dengan tangisan dan teriakan. Sebagian besar kasus terjadi pada anak.

Biasanya langsung terbangun, pacu jantung naik, dan muncul banyak keringat, serta tampak cemas.

Pada saat bangun, individu akan menceracau dengan kalimat kalimat tidak jelas dan tak bermakna.

Tak seperti mimpi buruk, Gangguan teror ini biasanya muncul oada sepertiga malam pertama.

Gangguan ini lebih banyak terjadi pada anak-anak laki-laki daripada perempuan.

Intervensi Gangguan Tidur

Berikut adalah beebrapa intervensi yang dapat dilakukan pada ganguan tidur ini.

Pendekatan Biologis

Obat-obatan anti kecemasan sering digunakan untuk Insomnia. Misalnya Valium, Librium, dan Ativan.

Obat penenang minor dari kelompok benzodiazepine juga digunakan untuk menangangi gangguan tidur teror dan tidur sambil berjalan.

Pendekatan Psikologis

Modifikasi perilaku juga sangat membantu untuk mengatur Ritme tidur, hal ini sangat bermanfaat bagi gangguan Ritme Sirkadian.

Selain itu ada juga Cognitive behavioural Therapy. Dapat mengubah kebiasaan tidur yang maladaptif dan pemikiran atau keyakinan yang disfungsional mengenai tidur.

Baca Juga: Gangguan Makan

Penutup

Baik diatas adalah sedikit tulisan mengenai gangguan tidur. Semoga kita semua dapat tidur dengan tenang dan nyenyak. Salam sobat psikologmudha!