Pendidikan Karakter – Pengertian, Urgensi, dan Contohnya

Isu mengenai pendidikan karakter sudah digoreng habis-habisan di Indonesia. Mau dimanapun, kapanpun, dan siapapun mestinya tidak bisa lepas dari isu tersebut. Mulai dari jajaran para petinggi akademisi, hingga pada akar bangsa zaman ini. Pendidikan jelas sangat luas ruangnya. Contohnya: Pendidikan dalam beragama, pendidikan dalam bernegara, bermasyarakat, pendidikan bagi anak, pendidikan bagi orangtua, pendidikan di sekolah, dan masih banyak lainnya yang membahas tentang pendidikan. Pun juga demikian dengan karakter manusia. Hal ini juga tak lepas dari pendidikan. Pendidikan karakter menjadi suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Pendidikan karakter juga memiliki urgensi yang besar jika menelisik kualitas dan kondisi bangsa saat ini.   

Pendidikan Karakter
Pixabay.com

Pada tulisan kali ini, saya akan membahas tentang apa itu Pendidikan karakter, seberapa besar urgensinya, dan contoh-contoh pendidikan karakter yang bisa dilakukan di lingkungan sekitar kita.

Daftar Isi

Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter, memiliki dua kata yakni “pendidikan” dan “karakter”. Beberapa ahli mendefinisikan pendidikan berbeda-beda, tergantung bagaimana mereka melihat dari sudut pandang, paradigma, dan disiplin keilmuan-nya.

Pengertian pendidikan

Apa itu pendidikan?

Menurut bapak pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani sesorang agar selaras dengan lingkungan disekitarnya.

Sejalan dengan bapak pendidikan Indonesia, Doni Koesoma mendefinisikan pendidikan sebagai proses internalisasi budaya ke dalam diri individu dan masyarakat untuk menjadi beradab.

Selain itu, dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, yang membahas tentang “sistem pendidikan nasional” dalam pasal 1 ayat (1), menyebutkan bahwa yang namanya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan nuansa belajar dan proses pembelajaran bagi manusia (siswa) agar secara aktif dapat mengembangkan potensi dan kekuatan yang dimilikinya, dalam bidang keagamaan, kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, sehingga berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

Dari ke-3 definisi pendidikan diatas, sudah jelas bahwa bagi bangsa, pendidikan merupakan sebuah proses untuk mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan. Serta menjalani hidup agar penuh makna, efektif, dan efisien. Sehingga kualitas bangsa terletak pada pendidikan.

Pengertian Karakter

Setelah kita membahas mengenai “pendidikan”, maka yang dibahas berikutnya adalah “karakter”.

Apa itu karakter?

Istilah karakter ini sangat khusus digunakan dalam terminologi pendidikan mulai sejak abad 18 akhir. Pada saat itu, karakter sangat melekat dengan ideologi spiritualis yang juga dikenal dengan pendidikan normatif. Dimana yang menjadi hal utama adalah nilai-nilai yang dipercaya sejarah baik bagi individu maupun perubahan nasional.

Istilah karakter ini, juga berasal dari bahasa Yunani, “Charassein” yang artinya adalah mengukir. Membentuk karakter diibaratkan mengukir diatas batu, atau permukaan besi yang keras. Melalui hal tersebut, pendidikan karakter diartikan sebagai pola perilaku manusia.

Selain itu, secara harfiah dari bahasa latin “charakter” memiliki arti watak, tabiat, sifat, kepribadian, atau akhlak. Ki Hadjar Dewantara, memandang karakter sebagai budi pekerti atau watak.

Melalui definisi yang sudah dijelaskan diatas, karakter merupakan sifat, akhlak yang stabil sebagai hasil dari proses belajar manusia selama hidupnya.

Sebagai kesimpulan akhir dari pengertian pendidikan dan karakter, dapat disimpulkan pendidikan karakter merupakan upaya sadar yang dilakukan indvidu untuk menginternalisasikan nilai-nilai karakter pada individu lain, sebagai pencerahan bagi individu tersebut agar mengetahui, dan berpikir serta bertindak berdasarkan moral yang etis dalam menghadapi situasi. Pendidikan karakter juga tak lepas dari konsep melakukan kebaikan dan bermanfaat bagi sekitar.

Urgensi Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter
Pixabay.com

Apa itu urgensi?

Urgensi merupakan suatu hal yang sangat penting. Sehingga dapat dikatakan urgensi, apabila hal tersebut memang perlu diperhatikan, dan sangat penting.

Lalu, seberapa pentingkah pendidikan karakter?

Berdasarkan fakta pada dua puluh tahun terakhir, masyarakat banyak berperilaku yang tak sesuai dengan nilai dan norma leluhur. Misalnya sikap egois, dzolim dengan menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan, korupsi, memeras masyarakat miskin, budaya memilih jalan pintas, saling mencela dan menjatuhkan, dan masih banyak lainnya.

Khusus dikalangan remaja, banyak sekali kenakalan-kenakalan yang diperbuat dan marak diberbagai daerah. Misalnya, pesta miras, transaksi narkoba, pergaulan bebas, tawuran antar kelompok, premanisme, dan lain-lain. Kebijakan ujian nasional pun meniadakan penilaian moral perilaku anak didik. Tak hanya itu, penyelewengan dana pendidikan pun juga menghiasi media pada tiap harinya.

Bapak pendidikan amerika, Thomas Lickona dari Cortland University menjelaskan  9 karakteristik sebuah bangsa sedang menuju kehancuran.

Meningkatnya kekerasan remaja, sikap fanatik, rendahnya rasa hormat, moral baik yang rendah, penggunaan bahasa yang buruk, perilaku merusak meningkat, rendahnya tanggung jawab, menurunnya etos kerja, dan kurangnya kepedulian antar sesama.  

Jadi itulah pentingnya pendidikan karakter dalam diri kita, agar menjadi pribadi yang mulia, dan mencerdaskan bangsa, sehingga bangsa ini memiliki masa depan yang cerah.

Contoh Penguatan Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter di Sekolah

Ki hadjar Dewantara menjelaskan bahwa menumbuhkan karakter dapat dilakukan melalui peserta didik yang sedang menempuh pendidikan tingkat sekolah. Ada empat yang diajarkan oleh beliau, olah hati, olah raga, olah karsa, dan olah pikir. Dalam pelaksanaan kehiatan sehari-hari di sekolah, menumbuhkan karakter dapat dilakukan melalui:

Literasi sekolah

Berdirinya perpustakaan di sekolag akan sangat membantu daya baca dan minat baca para siswa. Selain perpustakaan untuk siswa, literasi sekolah seperti papan baca yang biasa di pojokan juga termasuk sebagai sarana bagi non-siswa. Misal bagi wali murid, bagi pengunjung, dan bagi pembaca lainnya. Selain itu kegiatan seperti ekstrakurikuler juga dapat menjadi acuan untuk menumbuhkan budaya literasi di sekolah

Adanya ekstrakulikuler

Ekstrakulikuler ini menjadi penyokong kegiatan para peserta didik diluar jam belajar sekolah. Hal ini sangat berguna untuk mengmbangkan minat, bakat, dan potensi para siswa. Manajemen sekolah perlu memperhatikan secara detil akan ekstrakulikuler yang ada.

Membuka dan menutup kegiatan di awal dan akhir

Membiasakan untuk berdoa sebelum belajar, dan sesudah belajar akan membentuk akhlak dari siswa, sejatinya amalan dan kegiatan yang dilakukan semata-mata mengharap keridhoan Tuhan yang maha kuasa.

Pembiasaan adab

Proses pembiasaan memang susah jika dilakukan sendiri, oleh karena itu, penanaman karakter disekolah tentang membiasakan hal-hal baik akan lebih mudah, karena dilakukan bersama-sama dan hampir setiap hari ada penerapannya. Misal, adab ketika makan, adab kepada yang lebih muda, adab kepada orangtua dan guru, adab menuntut ilmu, adab kepada lawan jenis, dan lain sebagainya.

Pendidikan Karakter pada Usia Dini

Pendidikan Karakter
Pixabay.com

Usia dini merupakan usia golden age bagi sang anak. Pada usia ini perkembangan mental berkembang sangat cepat. Mereka terbentuk dari hasil belajar dan penyerapan dari perilaku kita sebagai model dan dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif.

Lantas, bagaimana cara membangun karakter sejak usia dini?

Dalam dunia pendidikan, ada tiga metode yang biasa diterapkan dalam membentuk karakter para anak didiknya.

Pertama, Metode tradisional, yaitu dengan inklusi (penanaman nilai pembiasaan) dan pemodelan atau keteladanan.

sementara itu, metode kefua yakni Metode kontemporer, yaitu dengan fasilitas dan pengembangan keterampilan hidup.

selain itu, metode yang ke-tiga adalah Metode holistik, yang dikemukakan oleh Lickona, bahwa karakter anak didik akan terbentuk apabila ada sosok model, teladan, dan pembiasaan.

Melalui berbagai metode yang ada diatas, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk membentuk karakter bagi anak usia dini.

Kegiatan Terprogram

Kegiatan terprogram dapat dilakukan sebagai berikut:

Internalisasi pengetahuan-pengetahuan karakter yang baik dan buruk melalui cerita dan dialog orang dewasa, hal ini bisa orang tua atau guru di sekolah.

Membangun penghayatan anak agar tergugah emosinya untuk menyadari bahwa karakter yang baik itu penting.

Mengajak mereka bersama melakukan suatu kebaikan yang mencerminkan karakter terpuji.

Perkembangan anak yang terpenuhi, bukan terhambat.

Menerapkan Prinsip

Beberapa prinsip yang harus di pegang dalam membangun karakter adalah sebagai berikut:

Adanya contoh dan keteladanan.

Dilakukan secara kontinyu, berkelanjutan.

Terintegrasi dalam seluruh aspek perkembangan anak.

Menciptakan suasana kasih sayang.

Aktif memotivasi anak.

Adanya penilaian dan evaluasi.

Nilai Nilai Pendidikan karakter

Selain contoh contoh penguatan yang sudah dijelaskan diatas, ada beberapa nilai yang harus diperhatikan dalam membangun karakter.

Nilai Nilai Pendidikan Karakter

  • Kecintaan terhadap Tuhan.
  • Kejujuran
  • Disiplin
  • Toleransi dan cinta damai
  • Percaya diri
  • Mandiri
  • Menolong teman
  • Gotong royong
  • Hormat
  • Sopan dan santun
  • Tanggung jawab
  • Kerja keras
  • Leadership
  • Kreatif
  • Rendah hati
  • Peduli lingkungan
  • Dan cinta tanah air.

Diatas adalah ulasan singkat mengenai pendidikan karakter, semoga bermanfaat. Salam psikologmudha!