Pola Asuh Orangtua – Otoriter, Demokratis, Permisif

Pola Asuh Orangtua– Hidup di dunia ini tak bisa terlepas dari orang tua, hal ini terbukti jelas saat kita hidup semasa pre-natal hingga post natal (Sampai besok meninggal).

Orang tua adalah sosok model bagi kita sejak kita lahir hingga dewasa bahkan sampai lansia.

Apa yang kita terapkan kepada anak kita adalah tak jauh hasil dari apa yang orang tua kita terapkan kepada kita.

Paham ngga maksudnya?

Yaa, pokoknya apa yang diterapkan orang tua kepadamu, bakal kamu lakuin ke anakmu nanti.

Pola asuh orangtua menjadi salah satu tolak ukur karakter dan kepribadian anak kedepannya.

Oleh karena itu, penting bagi kalian para anak sekaligus para calon orang tua untuk mengetahui macam-macam Pola asuh orang tua yang sudah di terapkan.

Ada beberapa pandangan dari para ahli mengenai pola asuh orangtua.

Baca Juga: Gangguan Perkembangan pada anak

Daftar Isi

Pandangan Para Ahli tentang Pola Asuh Orang tua

Menurut para ahli psikologi barat dan eropa, ada setidaknya 3 Pola Asuh Orang tua yang diterapkan kepada para anak-anaknya.

Namun disini saya akan sebutkan 4 Jenis Pola Asuh Orang tua yang diterapkan kepada anak-anaknya, dan kalian bagi sang anak sekaligus calon orang tua masa depan, wajib mengetahui keempat hal berikut ini.

Tugas orangtua tidaklah mudah, orangtua harus membuat anaknya menjadi “akar” dan “sayap” sekaligus.

Berikut adalah 4 Pola asuh yang saya tulis.

1. Pola Asuh Orangtua Authoritarian/Otoriter

Pola Asuh Otoriter

Pola Asuh Authoritarian atau yang biasa disebut dengan Otoriter memiliki ciri khas orang tua yang saklek terhadap peraturan.

Kemauan orang tua harus dipenuhi oleh anaknya, Apa yang diharapkan orangtua harus ada pada diri anaknya.

Pada pola asuh ini orangtua menentukan aturan dan harapan yang saklek kepada anak. Orangtua mengharapkan dan menuntut kepatuhan dari sang anak.

Anak yang diasuh dengan pola seperti ini cenderung menjadi pribadi yang menolak saat remaja.

Dampak yang akan muncul diantaranya: sering mengalami konflik, mudah tersinggung, rentan terhadap stress, dan tidak ramah.

Pola Asuh Orang tua yang seperti ini bisa menyebabkan anak menjadi cenderung agressive ketika bertemu dengan dunia luar.

Mengapa demikian?

karena ketika diluar rumah adanya kebebasan yang menyebabkan perilaku anak tersebut terkadang melampaui batas.

Contohnya adalah orang tua yang menginginkan anaknya untuk menjadi Dokter, sehingga orang tua tersebut memaksa anaknya untuk menghendaki apa yang diinginkan orang tuanya.

Memang kemauan orang tua adalah “Baik” bagi anaknya, tapi ingat, hal yang tampak “Baik” bagi orang tua belum tentu “Baik” bagi sang anak.

Pada dasarnya, semua manusia itu terlahir otentik, Sekalipun mereka kembar identik

-Psikologmudha-

Pada dasarnya semua manusia itu terlahir otentik, maksudnya adalah bahwa setiap manusia terlahir dengan fitrahnya, terlahir dengan takdir yang sudah ditentukan Allah SWT.

Jadi, tidak bisa disamakan dengan yang lainnya, anak akan berkembang dengan mencari jati dirinya, bukan seperti jati diri orang lain, apalagi jati diri orang tuanya, meskipun pada akhirnya nanti ada suatu kemiripan yang terjadi diantara keduanya.

Namun percayalah, anak akan berbeda dengan orang tua nya, dia akan menemukan ciri khas yang paling cocok terhadap dirinya.

Bahkan yang kembar identik pun akan memiliki ciri khas yang berbeda.

Tidak percaya? cobalah mengamati para kembar yang ada di sekitarmu.

2. Pola Asuh Orangtua Democratic

Pola Asuh Orangtua

Pola Asuh Democratic adalah pola asuh yang seimbang diantara keempat Pola Asuh yang akan anda baca.

Pola asuh ini menerapkan Adanya interaksi antara orangtua dan anak.

Para orangtua menerima pandangan/kemauan anak, berdiskusi dengan mereka, dan menimbang serta melaraskan dengan standar orangtua itu sendiri.

Orangtua yang menerapkan pola asuh ini cenderung memiliki anak yang bahagia dan tidak mudah stress.

Democratic berarti demokratis, maksudnya seimbang adalah orang tua tidak memaksakan kehendaknya kepada anak.

Contohnya

Anak akan cenderung mempertimbangkan kehendak orang tua pada dirinya.

Aku tidak mau menjadi dokter, bagaimana jika aku menjadi insinyur yah? mah? oke nak, kamu boleh jadi insinyur asalkan kamu punya istri dokter. Oke mah InshaAllah ya mah.

Nah seperti contoh diatas adalah salah satu dari pola asuh orang tua yang demokratis.

Pola asuh demikian cenderung menghasilkan lingkungan keluarga yang harmoni, sakinah, mawaddah, dan rohmah.

Para anak yang cenderung di asuh dengan pola seperti ini jarang sekali mendapat gangguan psikis.

Ada suatu penelitian menarik di purwokerto, bahwa ditemukan anak yang matang dalam kemampuan sosialnya disebabkan karena pola asuh ini.

Sementara penelitian tentang depresi, menyatakan bahwa pola asuh demikian

Baca Juga: Teori Perkembangan anak

kesimpulan

Jadi, pola asuh demokratis adalah pola seimbang, dimana kehendak ortu dan anak sama sama imbang, ada pertimbangan-pertimbangan bahwa anak tidak bisa dipaksakan kehendak orang tua.

3. Pola Asuh Orangtua Permissive

Pola Asuh Orangtua

Pola asuh yang ke tiga, adalah pola asuh permissive.

Pada Pola asuh ini para orang tua cenderung tidak ikut campur dalam mengurusi/mengasuh anak-anaknya.

Para orangtua dalam pola asuh ini memiliki peran yang sedikit dalam pengasuhan.

Mereka cenderung membiarkan anak berkembang dalam hal-hal tertentu, orangtua hanya memberikan pengasuhan kepada hal-hal yang cenderung sepele.

Ada rasa tidak peduli dan lebih sak karepe arep nglakoni opo wae, terserah mau melakukan apa aja, bisa dikatakan bebas.

Apakah Orang tua melepaskan anak?

Jawabannya tidak juga, karena sesekali orang tua mau mengasuh anak.

Misalnya adalah ada sosok ayah yang hanya menyiapkan sarapan saja, selebihnya tugas mengasuh di pasrahkan ke istrinya, kakaknya, adiknya, atau yang biasa sering terjadi adalah di titipkan ke simbahnya.

Orang tua permisif biasanya memberikan sesekali perhatian kepada anaknya. Walaupun anak merasa tidak puas dan menginginkan yang lebih lama dari perhatian itu.

Pada intinya, pola asuh ini juga kurang sehat.

Berdampak Pada Psikis

Anak yang mendapatkan pola asuh permisif akan kurang mendapatkan kasih sayang, sehingga dia akan cenderung berperilaku tidak berpendidikan, karena kurangnya model, anak akan cenderung mengalami kebingungan identitas.

4. Pola Asuh Orangtua Reject/Menolak

Pola Asuh Orangtua

Pola asuh rejecting atau menolak adalah pola asuh versi parahnya permisif.

Jika dikatakan orangtua dengan pola asuh permisif tidak ikut campur dengan asuhan anak, rejecting tidak ikut campur plus “gamau” ikut campur.

Jadi, dalam pola asuh ini ada rasa penolakan pengasuhan kepada anak.

Dimana biasanya orangtua yang seperti ini tidak mengharapkan anaknya lahir ke dunia, beberapa alasan menyebutkan kecewa dengan bayinya.

Psikis Terganggu

Anak dengan pola asuh seperti ini jelas akan terganggu psikisnya.

Berdasarkan teori Erikson, tahap pertama saja sudah kacau, yaitu tahap trust vs mistrus, dimana anak akan cenderung mistrust.

Mengapa? ya bagaimana mungkin anak percaya kepada orang tua nya, jika orang tua nya saja menolak untuk mengasuh anaknya.

Pola asuh demikian banyak di temukan dengan orangtua yang hamil di luar nikah, walaupun tidak semuanya.

Selanjutnya..

Ada 2 aspek yang perlu diperhatikan saat menjadi orangtua,

bagaimana dukungan orangtua kepada anak (parental support),

dan bagaimana orangtua mengontrol anak (parental control).

Dukungan orangtua dapat digambarkan melalui bagaimana cara orangtua memberikan perhatian, bagaimana kelekatan yang terbangun antara keduanya.

Bagaimana kasih sayang orangtua yang diberikan kepada anak, dan lain-lain.

Kontrol orangtua dapat tergambar melalui bagaimana cara orangtua membuat peraturan, dan bagimana orangtua mendisiplinkan anak.

Bagi anak, dukungan orangtua sangat berpengaruh pada akademik, harga diri, dan kemampuan bersosialisasi kepada msyarakat.

Dukungan orangtua kepada anak yang berlebihan ternyata tidak baik, begitu juga sebaliknya.

Hal demikian akan berpengaruh pada aspek emosional, sosial, dan akademik.

Begitu juga dengan kontrol orangtua, lebih baik seimbang, tidak lebih dan tidak kurang.

Baca Juga : Gangguan Perkembangan Pada Anak

Penutup

Kesimpulannya adalah, menurut Ilmu psikologi, ada kurang lebih 4 teori dalam pengasuhan.

Jadi, untuk kalian para pembaca yang sekarang adalah orangtua, atau calon orangtua.

Baik baik dalam mengasuh anak, mulai dari lingkungan di rumah dan lingkungan di luar rumah.

Ada ungkapan “Tabularasa” dimana anak adalah kertas putih kosong yang dicoret coret oleh tinta hitam.

Tinta tersebut adalah Lingkungan. Lingkungan dimana dia berada. Sekian. Semoga Bermanfaat.