Tokoh Psikologi Humanistik-Psikologmudha.com- Banyak para ilmuwan psikologi yang menciptakan teori-teori yang terus di perbaharui.
Namun tanpa disadari awal mula penciptaan teori-teori tersebut bermula dari Wilhem Wundt dan Sigmund Freud.
Banyak dari para ilmuwan psikologi menciptakan teori baru sebagai kritik maupun pelengkap dari teori-teori sebelumnya.
Termasuk juga Humanistik, yang hadir dengan maksud menjadi pelengkap dari dua teori besar psikologi yakni Psikoanalisis dan Behaviorisme. Sehingga Humanistik sering disebut sebagi teori besar ketiga dari psikologi.
Baca Juga: Tokoh Behaviorisme
Daftar Isi
Pendapat Para Tokoh Humanistik
Humanistik merasa bahwa dua teori sebelumnya terlalu mengabaikan suatu nilai terpenting yang ada dalam diri manusia yaitu keunikan dalam diri masing-masing manusia.
Humanistik menganggap bahwa Teori Behaviorisme menjadikan manusia seperti robot yang dapat diatur segala respon yang akan diberikan dari stimulus yang hadir.
Psikoanalisis konsentrasi pada gangguan proses mental seseorang dan pengembangan teknik untuk menjadikan orang memiliki gangguan proses mental (abnormal) menjadi normal.
Kekuatan ketiga ini memberikan informasi bagaimana orang yang sehat akan lebih sehat supaya mencapai potensi penuh dari diri mereka.
Berikut adalah 7 Pendapat mengenai Psikologi Humanistik
1. Jean Paul Sartre dan Albert Camus
Tokoh Psikologi humanistik- Sartre mengungkapkan mengenai eksistensialisme yang menyatakan bahwa manusia itu memiliki kebebasan. Yang paling terkenal dari ide Sartrer adala Bein and Nothingness.
Seperti Sartre, Camus juga memiliki kontribusi ide mengenai humanistik. Camus menyatakan bawa manusia adalah makhluk yang absurd.
Absurd yang dimaksud adalah manusia mengarah kepada masa depan namun di sisi lain masa depan juga mengarah kepada kematian. Menghindari keabsurdan tersebut, banyak dari manusia yang mengeksplorasi dan mendekatkan diri pada agama, ilmu pengetahuan, dan pencarian makna.
Baca Juga: Tokoh Behaviorisme
2. Martin Heidegger
Sumbangan Heidegger untuk humanistik diantaranya adalah Dasein. Maksud dari Dasein adalah hubungan manusia dengan alam/dunia.
Bagi Heidegger, manusia dan dunia saling berkaitan satu sama lain. Sehingga fokus Heidegger ada pada ke khususan manusia. Manusia bukan semata-mata organisme yang dimodifikasi dengan pengalaman dan budaya tapi sebagai pribadi yang dapat merenungkan keberadaannya.
Baca Juga: Abraham Maslow
3. Ludwig Binswanger
Salah satu konsep Binswaner yang paling penting adalah Weltanschauung atau desain dunia. Secara umum, desain dunia adalah bagaimana seseorang memandang dan memeluk dunia.
Desain dunia ini bisa terbuka ataupun tertutup, ekspansif atau konstruktif, positif atau negatif, sederana atau rumit, atau yang lainnya tergantung baaimana cara pandang yang digunakan.
Dari konsep tersebut dapat dikatakan bahwa manusia hidup dengan desain dunianya sendiri. Cara pandang akan sangat memengaruhi bagaimana orang tersebut menjalani kehidupannya.
Baca Juga: Tokoh behaviorisme
4. Rollo May
Tokoh Psikologi Humanistik- May menunjukkan bahwa manusia adala objek, dalam artian manusia ada secara fisik dan karena itu ada hal-hal yang terjadi pada manusia. Namun, May juga menyatakan bawa manusia juga sebagai subjek.
Manusia tidak secara tiba-tiba dapat berpengalaman melakukan sesuatu tanpa adanya penafsiran, penghargaan, dan membuat pilihan mengenai pengalaman tersebut. Orang yang sehat akan menggunakan kebebasannya untuk merangkul keidupan dan mencapai potensi sepenuhnya.
Baca Juga: Abraham Maslow
5. George Kelly
Pendekatan terapi menurut Kelly berdasarkan pemikiran bahwa masalah psikologis merupakan kesalahan dalam persepsi, sehingga terapis berfungsi untuk membantu klien melihat sesuatu dengan cara yang berbeda.
Kelly memulai terapi dengan meminta klien menuliskan self-characterization, dari hal tersebut, Kelly dapat melihat bagaimana klien memandang dirinya sendiri, dunia, serta orang lain.
Selanjutnya, Kelly menuliskan peran yang harus dilakukan klien selama dua minggu, karakteristik yang diperankan berbeda dengan karakteristik yang ada pada klien.
Terapi bertindak sebagai supporter untuk membantu klien untuk menyediakan berbagaimacam pengalaman yang akan di konstruksikan di dalam sistem yang baru
Baca Juga: Aliran behaviorisme
6. Abraham Maslow
Aliran humanistik tidak pernah terlepas dari tokoh ternama ini yang bernama lengkap Abraham Harold Maslow. Maslow dikenal sebagai ayah spiritual psikologi humanistik.
Dari prestasi tersebut selanjutnya dia terdorong untuk terus memahami dan mengembangkan ide-ide terbesarnya tersebut dengan mempelajari dan meneliti sampel kecil dari beberapa orang yang secara psikologis sangat menonjol untuk menentukan bagaimana perbedaan mereka dari orang-orang dengan kesehatan normal.
Biografi Tokoh Psikologi Humanistik Maslow
Abraham Harold (Abe) Maslow lahir pada 1 April 1908 di Manhattan, New York. Dia adalah anak tertua dari 7 bersaudara. Ayahnya bernama Samuel Maslow.
Memiliki pandangan atheis. Masa kecil Maslow bisa digambarkan dengan masa kecil yang tidak menyenangkan, kisahnya dipenuhi dengan bagaimana beralih dari buku ke buku untuk belajar melepaskan diri dari perasaan kesepian dan inferioritasnya.
Saat dia kuliah, di Cornell University, pengalaman pertamanya di dalam bidang psikologi ia merasa sangat asing dan buta tentang ilmu tersebut. Dari salah satu mata kuliah yang dia ikuti, yang diajarkan oleh E. B. Titchener, Maslow berkata
“sangat membosankan, hambar rasanya dan tidak ada hubungannya dengan manusia, jadi saya bergidik dan berpaling darinya ”
Maslow-
Maslow menjadi seorang behavioris Watsonian yang antusias, sangat yakin bahwa pendekatan sains alami yang mekanistik memberikan jawaban atas semua masalah di dunia.
Lalu serangkaian pengalaman pribadi memengaruhinya bahwa behaviorisme terlalu terbatas untuk bisa relevan dengan masalah manusia terus ada.
Pada tahun 1960 Maslow menjadi selebritas, pahlawan bagi gerakan melawan budaya-kontra, yang akhirnya mendapatkan sanjungan yang ia idamkan sejak masa mudanya.
Orang-orang mudalah yang melihat dan menemukan karya Maslow yang sangat menarik, dan bagi banyak orang, dia menjadi figur seperti sosok mahaguru.
Aktualisasi Diri -Tokoh Psikologi Humanistik- Maslow
Menurut Maslow, setiap orang memiliki kecenderungan bawaan terhadap aktualisasi diri. Keadaan ini merupakan kebutuhan tertinggi dari kebutuhan manusia, melibatkan aktifitas yang menggunakan semua kualitas dan kemampuan kita, pengembangan dan pemenuhan potensi kita.
Untuk menjadi aktualisasi diri, pertama-tama kita harus memenuhi kebutuhan yang lebih rendah di bawaan hirarki. Setiap kebutuhan harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum kebutuhan selanjutnya memotivasi kita untuk memenuhinya.
Kurang lebih ada 5 kebutuhan yang harus dipenuhi, hal demikian biasa dikenal dengan Hirearki Maslow
Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan paling dasar manusia. Seperti makan, minum, gula, protein, mempertahankan suhu tubah, kebutuhan istirahat dan seks, dan lain sebagainya.
Kebutuhan ini adalah kebutuhan paling dasar yang akan mempengaruhi kebutuhan setelahnya.
Kebutuhan akan rasa Aman
Keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari ketakutan-ketakutan yang mengancam, seperti perang, terorisme, kerusauhan, dan bencana alam.
Kebutuhan akan rasa aman pada anak-anak lebih besar daripada orang dewasa. Ketika tidak berhasil memenuhi kebutuhan ini akan mengalami kecemasan dasar (basic anxiety) .
Kebutuhan akan Cinta dan Keberadaan
Keinginan untuk berteman, keinginan untuk mempunyai pasangan dan ank, kebutuhan untuk menjadi bagian dari sebuah keluarga, perkumpulan, lingkungan masyarakat atau negara.
Apabila sejak kecil sudah terpenuhi kebutuhan hal ini maka saat dewasa tidak mudah terluka jika mengalami penolakan dari lingkungan.
Kebutuhan akan Penghargaan
Penghormatan diri, sadar akan potensi diri, kemampuan dan pengetahuan yang dihargai tinggi oleh orang lain. Terkadang kebutuhan ini jika berlebihan akan menyebabkan individu tersebut Gila Hormat 🙂
Tapi semua itu tergantung tipe kepribadian masing-masing orang. Kepribadian juga dibentuk dari lingkungan. Salah satunya, lingkungan keluarga.
kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Keinginan seseorang untuk menggunakan semua kemampuan dirinya untuk mencapai apapun yang mereka mau dan bisa dilakukan. Pemenuhan diri, sadar akan potensi diri, dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin.
Orang akan menggunakan ambisinya untuk mencapai aktualisasi diri. Aktualisasi diri bisa berupa bentuk apapun. Misalnya adalah Jadi Presiden.
Tambahan
Penelitian Maslow berusaha untuk mengidentifikasikan karakteristik orang-orang yang terpuaskan kebutuhan aktualisasi diri nya dan oleh karena itu bisa dianggap sehat secara psikologis.
Dari definisi tersebut, orang-orang ini bebas dari neurosis. Mereka biasanya hampir setengah paruh baya atau lebih tua dan terhitung kurang dari 1% dari populasi.
Di antara beberapa pengaktualisasi diri yang dipelajari oleh Maslow dengan menganalisis biografi dan catatan tertulis lainnya, yaitu fisikawan Albert Einstein, penulis dan aktivis sosial Eleanor Roosevelt, dan Ilmuwan Afrika-Amerika George Washington Carver, serta psikolog Gestalt Max Wertheimer.
Maslow percaya bahwa prasyarat untuk aktualisasi diri adalah kasih sayang yang cukup di masa kanak-kanak dan kepuasan kebutuhan fisiologis dan rasa aman dalam dua tahun pertama.
Jika anak-anak dibuat merasa aman dan percaya diri di tahun-tahun awal kehidupan mereka (yang mana Maslow tidak mengalaminya), maka mereka akan menjadi orang seperti itu ketika dewasa.
Tanpa cinta dan kasih sayang orang tua, keamanan, dan harga diri di masa kanak-kanak, akan sulit bagi orang dewasa untuk mencapainya aktualisasi diri.
Kelemahan Tokoh Psikologi Humanistik Maslow
Metodologi dan data penelitian Maslow dihina karena sampel subjek dianggap terlalu kecil untuk dapat digeneralisasi seperti yang dilakukannya. Selain itu, subjeknya dipilih sesuai kriteria subjektif kesehatan psikologisnya, dan istilah-istilah yang digunakannya didefinisikan secara ambigu dan tidak konsisten.
Maslow menyetujui bahwa investigas ini memang tidak memenuhi ketaatan syarat penelitian ilmiah namun ia berpendapat bahwa tidak ada jalan lain untuk mempelajari aktualisasi diri. Dia menyebut pekerjaannya sebagai “pendahuluan” dan tetap yakin bahwa kesimpulannya suatu hari nanti akan dikonfirmasi.
Beberapa Studi yang dilakukan selanjutnya telah membuktikan beberapa dukungan untuk karakteristik pengaktualisasi diri dan susunan kebutuhan dalam hierarki yang telah dibuat Maslow.
Beberapa tema pendekatannya terhadap psikologi dapat ditemukan dalam gerakan psikologi positif kontemporer. Beberapa pengusung pendekatan ini mengakui keperintisan Maslow sebagai pendahulu.
Dengan demikian, warisan Maslow bertahan selama beberapa dekade, dari satu abad ke yang berikutnya.
Baca Juga: Aliran Behaviorisme
7. Carl Roger
Carl Rogers merupakan salah satu penggagas aliran humanistik dalam psikologi. Sangat terkenal dengan person-centered therapy, yaitu salah satu pendekatan dalam psikoterapi.
Ia mengembangkan teori kepribadian terkait salah satu faktor motivasi yang melatar belakangi individu dalam berperilaku.
Hal ini mirip dengan konsep aktualisasi diri yang dikemukakan oleh Maslow. Rogers mengembangkan teorinya berdasarkan pada proses pengamatannya terhadap klien yang terdapat di pusat konseling Universitas tempat di mana ia mengajar.
Dengan menerapkan person-centered therapy, dimana terapi ini lebih menekankan pemusatan terhadap klien, yaitu kemajuan respon klien dibandingkan terapis.
Dari hasil pengamatannya, Rogers dapat berpendapat bahwa setiap individu dapat secara rasional dan sadar untuk mengubah pemikiran dan perilaku yang kurang baik menjadi lebih baik. Ia tidak setuju dengan pendapat bahwa individu selalu dikendalikan oleh alam bawah sadar dan kenangan semasa kanak-kanak.
Biografi Tokoh Psikologi Humanistik Roger
Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pinggir kota Chicago. Ia merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Ia mendapat didikan keras dalam keluarganya, sehingga ia merasa terkekang selama masa kanak-kanak hingga remaja.
Adanya ajaran agama dan aturan dalam keluarganya membuat Rogers menjalani kehidupan dengan tidak menjadi dirinya sendiri.
Saat duduk di bangku sekolah, ia adalah sosok yang cenderung menyendiri, ia kesulitan untuk beradaptasi dengan dunia luar karena bentuk pergaulan yang tidak sesuai dengan norma religius yang diajarkan dalam keluarganya.
Seperti bermain kartu, menonton film, minum, dan merokok, sehingga ia sering menenggelamkan diri dalam segala macam buku, termasuk kamus dan ensiklopedia.
Rogers kecil merasa bahwa orang tuanya lebih menyukai kakaknya dibanding dirinya, sehingga ia selalu merasa berada dalam kondisi berkompetisi dengan kakaknya.
Meskipun ia memiliki hubungan yang cukup dekat dengan ibunya. Aturan-aturan yang ada dalam keluarganya inilah yang membentuk dirinya menjadi sosok pemberontak.
Saat berusia 12 tahun, Rogers dan keluarganya pindah ke bagian pertanian sekitar 25 mil sebelah barat Chicago. Dengan tujuan untuk memperbaiki kesehatan dan mencari atmosfer yang lebih religius.
Hal ini yang membuat ia memutuskan untuk mengambil jurusan pertanian di Universitas Wisconsin tahun 1919. Di balik sosoknya yang cenderung gemar menyendiri, Rogers turut aktif dalam kegiatan bergereja.
Keberasilan Roger
Pada tahun 1922 ia terpilih untuk menjadi delegasi dalam World Student Christian Federation Conference di Beijing, China. Selama proses enam bulan inilah, ia mendapat banyak pengalamman, sehingga ia berani untuk menentang doktrin yang diajarkan orang tuanya selama ini, karena menurutnya itu terlalu kolot.
Ia mendapatkan gelar bachelornya dibidang pertanian pada tahun 1924. Tidak lama setelah kelulusannya, ia menikahi teman masa kecilnya, yaitu Hellen Elliot, serta mereka memiliki dua orang anak.
Selanjutnya, Ia dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke New York, di tempat itulah ia mulai mengikuti kursus tentang psikologi dan pendidikan di Universitas Columbia.
Teori Kepribadian Tokoh Psikologi Humanistik Roger
Rogers mengembangkan teori kepribadiannya untuk mendeskripsikan berbagai fenomena yang diobservasi selama ia melakukan proses terapi. Gagasan awalnya dikemukakan melalui akun APA yang dimilikinya, selanjutnya dikembangkan dalam buku Client-Centered Therapy yang terbit tahun 1951.
Rogers berpendapat bahwa setiap individu manusia memiliki keinginan ataupun kebutuhan yang akan mengarahkan pada aktualisasi diri. S
ama seperti yang dikemukakan oleh Maslow, yaitu apabila seorang individu menggunakan kecenderungan menuju aktualisasi diri secara maksimal, maka ia dapat menjalani hidupnya dengan lebih bermakna dan mencapai potensi yang dimiliki.
Organismic Valuing Process
Setiap manusia akan memiliki dorongan atau termotivasi oleh perasaan personalnya, yang sering disebut dengan organismic valuing process, yaitu keadaan saat motivasi dalam hidup seorang individu didasari oleh keinginan mendasar dalam hatinya sendiri yang lebih besar daripada nilai moral, kepercayaan, serta tradisi yang dibuat manusia.
Possitive Regards
Kenyataannya, banyak individu yang belum menerapkan organismic valuing process karena adanya need for positive regards yang muncul saat masa kanak-kanak. Positive regards yang dimaksud dapat berupa kasih sayang, kehangatan, rasa simpati, serta penerimaan dari lingkungan yang dialami semasa kanak-kanak.
Apabila positive regards diberikan secara cuma-cuma dan tidak bersyarat, hal ini tidak akan memengaruhi terhadap perkembangan kepribadian individu, namun yang seringkali terjadi adalah orang tua maupun orang-orang terdekat yang berada di sekitar anak-anak cenderung memberikan positive regards apabila anak telah melakukan suatu hal yang dianggap benar.
Conditions of Worth
Keadaan ini akan memunculkan adanya conditions of worth, yaitu kondisi ketika munculnya pikiran pada anak bahwa saat ia ingin mendapatkan perhatian serta kasih sayang, ia harus melakukan hal-hal yang dianggap benar dan tepat oleh orang-orang di sekitarnya.
Dampaknya, secara bertahap, anak berpikir bahwa nilai-nilai, adat istiadat, serta norma menggantikan pentingnya motivasi yang benar-benar muncul dari dalam diri atau organismic valuing process.
Menurut Rogers, apabila terjadi keadaan yang demikian, maka akan memengaruhi pengalaman-pengalaman maupun proses belajar yang diterima setiap individu.
Bahkan apabila terdapat pengalaman yang telah sesuai dengan organismic valuing process, namun tidak sesuai dengan nilai dan norma yang ada di sekitarnya, maka pengalaman tersebut akan ditolak karena ketidaksesuaian.
Unconditional Possitive Regards
Menurut Rogers, hanya terdapat satu cara untuk menghindari rasa ingin dihargai yang muncul pada setiap orang, yaitu dengan memberikan unconditional positive regards.
Unconditional positive regards merupakan cara di mana seorang individu akan mendapat kasih sayang, perhatian, rasa simpati, serta penerimaan terhadap dirinya secara apa adanya. Sehingga memperkecil kemungkinan penolakan terhadap pengalaman tertentu yang dirasa tidak sesuai.
Menurut Rogers, hanya orang-orang yang mendapat unconditional positiveregards yang dapat berfungsi dengan baik dalam segala aspek kehidupannya.
Penutup Artikel Tokoh Psikologi Humanistik
Demikianlah artikel mengenai Tokoh Psikologi humanistik, semoga bermanfaat dan memberikan keberkahan bagi penulis dan pembaca. Terimakasih 🙂