Tokoh Behaviorisme – 10 Tokoh dan Pemikirannya

Behaviorisme
Behaviorisme

Aliran behaviorisme memiliki banyak tokoh yang terkenal. Para Tokoh Behaviorisme ini percaya pada perilaku yang dapat dilihat oleh mata, dan dapat diobservasi secara langsung. Tokoh Behaviorisme yang saya sebutkan disini adalah beberapa tokoh yang ada di zamannya. Silahkan anda bisa membaca artikel ini.

Baca Juga: Aliran Behaviorisme – Sejarah, Pandangan, dan Pengaruh Antiseden

Daftar Isi

1. Edward Lee Thorndike

Tokoh Behaviorisme
Edward Lee Thorndike

Tokoh behaviorisme yang pertama adalah Edward Lee Thorndike. Dia adalah salah satu psikolog amerika pertama yang menerima semua pendidikannya di Amerika. Thorndike belajar dibawah bimbingan William James di Harvard University. Dia adalah periset perkembangan psikologi hewan, dia sendiri pernah berencana untuk menjadikan anak-anak sebagai subyek penelitian. Namun hal ini terlarang, kemudian dia memilih anak ayam untuk dijadikan risetnya.

Thorndike tidak menyelesaikan pendidikannya di Havard, karena dia telah menemukan gadis idamannya, yang kemudian dinikahinya. Kemudian, dia mencoba melamar pekerjaan pada Mckeen Cattel, ketika Cattel menawarinya, dia pun langsung bergabung dan berangkat ke New York dengan membawa dua anak ayam kesayangannya yang terlatih. Thorndike melanjutkan studi hewannya di Columbia dan mendapatkan gelar doktoralnya pada tahun 1898. Disertasinya, “Annimal Inteligence : An Experimental Study of the Associative Processes in Animal”. Menjadikannya sebagai seorang psikolog pertama yang menggunakan subyek hewan.

Kemudian dia mengajar di Universitas Columbia sebagai dosen psikologi. Dia bekerja dengan subyek manusia untuk masalah pembelajaran, mengadaptasi teknik-teknik riset hewan untuk anak-anak dan remaja. Pada tahun 1910, dia menghasilkan karya sebuah jurnal dengan judul Journal of Educational Psychology. Dan dua tahun setelahnya dia mendapatkan posisi tertinggi menjadi presiden APA pada tahun 1912. Masa 50 tahun keberadaanya di Columbia menjadi masa yang paling produktif yang tercatat dalam sejarah psikologi. Thorndike pension pada tahun 1939, dia masih terus bekerja hingga tutup usia sepuluh tahun kemudian pada tahun 1949.

Pokok Pemikiran Tokoh Behaviorisme Thorndike

Thorndike menciptakan sebuah teori pembelajaran mekanistik dan obyektif yang memfokuskan pada perilaku-tampak. Dia lebih menginterpretasikan pada hubungan stimulus dan respon. Thorndike menyebut pendekatan eksperimentalnya untuk studi asosiasi sebagai koneksionisme. Posisi ini adalah perluasan dari filosofis lama yang membahas tentang asosiasi, pendekatan Thorndike terhadap pembelajaran, berdasarkan koneksi antara situasi dan respon. Dia berpendapat bahwa sebuah perilaku harus terus direduksi hingga tahap yang paling sederhana: kesatuan stimulus-respon.

Kesatuan stimulus-respon adalah unsur-unsur perilaku (bukan kesadaran) dan merupakan bahan penyusun dari perilaku kompleks yang terbangun.Thorndike mengkaji pembelajaran mengenai hewan melalui laporan-laporan Romanes dan Morgan yang menggambarkan cara kucing dan anjing membuka grendel pada gerbang kotak pasel, alat yang dibuat Thorndike untuk melakukan penelitiannya. Sehingga dengan penelitian ini Thorndike menulis tentang “pelekatan” dan “peniadaan”.

Trial And Error

Pembelajaran ini biasa dikenal dengan pembelajaran trial-end-error. Gagasan inilah yang nantinya memunculkan law of effect. Setiap tindakan yang dalam situasi tertentu menghasilkan kepuasan akan diasosiasikan dengan situasi tersebut, sehingga ketika situasi tersebut muncul maka tindakan itu juga akan memiliki kemungkinan muncul lebih besar daripada sebelumnya. Sebaliknya, sebuah tindakan yang dalam situasi tertentu menghasilkan ketidakpuasan menjadi tidak diasosiasikan dengan situasi tersebut, sehingga ketika situasi tersebut muncul tindakan itu akan memilki kemungkinan muncul lebih kecil daripada sebelumnya.

Kemudian dia juga memunculkan gagasan mengenai hukumpelatihan, law of exercise/law of use and disuse, menyatakan bahwa rspon yang ditunjukkan pada situasi tertentu akan diasosiasikan situasi tersebut. Semakin sering sebuah respon yang digunakan dalam situasi tersebut, semakin kuat asosiasinya. Sebaliknya, tidak digunakanya respon dalam waktu yang lama akan memperlemah asosiasinya. Eksperimen yang dilakukan Thorndike menjadi acuan bagi tokoh setelahnya, seperti Ivan Pavlov dan Watson.

Baca Juga: Sejarah, Hakikat, dan Berdirinya Psikologi Kognitif

2. Ivan Petrovic Pavlov

Tokoh Behaviorisme
Ivan Petrovic Pavlov

Tokoh behaviorisme yang ke-2 adalah Pavlov. Pavlov dilahirkan dikota Rayzan, Rusia tengah, sebagai anak tertua dari sebelas anak bersaudara. Ayahnya seorang pendeta di desa. Posisi didalam keluarganya membuatnya bertanggung jawab dan dorongan untuk bekerja lebih keras pada usia dini. Dia belajar di rumah bersama ayahnya dikarenakan dia pernah mengalami cedera kepala saat berusia 7 tahun. Dia masuk seminari teologis dengan tujuan memasuki dunia kependetaan, namun saat dia melirik karya Darwin, Pavlov berubah pikiran. Dia ingin masuk ke Universitas di St. Petersburg untuk mempelajari tentang psikologi hewan.

Singkat cerita, pendidikan yang diperoleh dari Universitas menjadikannya sosok yang dipuji oleh masyarakat. Pavlov menjadi bagian dari Intellegentsia, seorang sejarawan mengatakan “ Pavlov hampir fanatik kepada sains murni dan riset eksperimental yang didukung oleh energy dan kesederhanaan seorang petani Rusia”. Pavlov berhasil meraih gelarnya pada tahun 1875, dia belajar di Jerman selama 2 tahun, dan kembali ke Universitas asalnya menjadi asisten laboratorium riset.

Istri Pavlov

Pada tahun 1881 Pavlov menikah, istrinya yang bernama Sara membaktikan dirinya agar pavlov tidak tergiur dari hal yang bersifat duniawi. Keluarga mereka miskin, hingga pada tahun 1890, usia Pavlov 41 tahun, mendapatkan pekerjaan   sebagai guru besar farmakologi di Akademi Kesehatan Militer St. Petersburg. Anak pertamanya meninggal karena tidak tertolong walaupun Pavlov sudah berusaha mencari pinjaman uang untuk membiayai perjalanan untuk pulang ke desa. Ketika putra kedua lahir, Pavlov tidak dapat menyewa apartemen. Sehingga keluarganya tinggal bersama kerabat dekat, dan Pavlov sendiri tidur di kasur lipat di laboratoriumnya.

Ketika salah seorang dari mahasiswanya mengetahui hal tersebut. Dia memberinya uang dengan alasan  biaya untuk kuliah-kuliah yang sudah diberikan. Namun Pavlov menggunakan uang tersebut untuk anjing di laboratoriumnya. Dari tahun 1897 hingga 1936, hampir 150 periset bekerja dibawah naungan Pavlov, dan menghasilkan lebih dari 500 makalah ilmiah.

Lanjutan

Pavlov juga dikenal sebagai orang temperamental, dia sering meluapkan kemarahanya dalam ucapan kritik pedas kepada periset-perisetnya. Pavlov juga termasuk salah satu dari sedikit ilmuwan Rusia yang membolehkan perempaun dan orang Yahudi berada di laboratorium miliknya, dia bersikap netral dibandingkan dengan ilmuwan Rusia lainya.

Hubungan Pavlov dengan pemerintah Rusia tidak baik, dia pernah mengkritik revolusi Rusia tahun 1917 dan sistem ekonomi politik Rusia. Baru setelah 1933, dia mengakui bahwa Rusia telah mencapai keberhasilan. Pavlov tetap menjadi ilmuwan hingga akhir  hayatnya, Pavlov meninggal dikarenakan penyakit pneumonia.

Pokok Pemikiran Tokoh Behaviorisme Pavlov

Peninggalan-peninggalan Pavlov selama karirnya mengerjakan tiga hal utama. Yang pertama membahas tentang fungsi-fungsi syaraf jantung, dan yang kedua membahas kelenjar digestif utama. Pavlov memenangkan Nobel tahun 1904 mengenai risetnya yang brilian. Bidang risetnya yang ketiga adalah studi tentang reflex-refleks terkondisi, yang memberinya tempat terhormat dalam sejarah psikologi.

Penelitian Pavlov mengenai refleks terkondisi ini seperti yang terjadi pada banyak ilmuwan, tak disengaja. Salah satu aspek dalam penelitian ini berhubungan dengan fungsi air liur yang dikeluarkan anjing secara tidak sengaja apabila makanan diletakkan di mulut mereka.

Pavlov menyebutnya dengan refleks fisik. Pavlov juga memberi pengakuan kepada Descartes atas usahanya dalam mengembangkan gagasan refleks ini 300 tahun sebelumnya. Eksperimen Pavlov sederhana saja, dia memegang sepotong roti dan ditunjukkan kepada anjing-anjingnya sebelum dia memberikan kepada mereka, sehingga pada waktu tertentu si anjing mulai mengeluarkan air liurnya.

Stimulus – Respon Pavlov

Respon mengeluarkan liur inilah yang disebut respon alamiah dari system digestif; tidak dibutuhkan pembelajaran untuk memunculkan respon ini. Pavlov menyebutnya dengan respon tak terkondisi. Sedangkan meneteskan air liur pada saat menerima makanan. Inilah yang biasa disebut dengan refleks terkondisi.

Untuk memfokuskan diri kepada eksperimennya Pavlov juga berusaha agar stimulus lain tidak mempengaruhi ajing-anjing percobaannya. Sehingga dia merancang dua bilik khusus, satu untuk hewan eksperimen, dan lainya untuk pelaku eksperimen. Namun rancangan ini masih belum memuaskan keyakinan Pavlov, sehingga Pavlov menggunakan dana dari pengusaha Rusia untuk membangun gedung riset tiga-cerita, the tower of silence (Menara Keheningan).

Dengan dibangunnya bangunan ini Pavlov menjadi percaya karena dengan bangunan ini getaran, kebisingan, suhu, bau, dan hembusan angin tak berpengaruh pada eksperimen yang sedang berjalan. Pokok pemikiran lain adalah pengondisian eksperimen. Sebuah lampu dinyalakan dan kemudian pelaku eksperimen memberikan makanan kepada anjing.

Kesimpulan

Setelah beberapa kali melakukan asosiasi lampu dan makanan anjing, tersebut hanya meneteskan air liur ketika melihat cahaya lampu saja. Pengondisian ini tidak akan terjadi kecuali apabila cahaya diikuti dengan makanan. Karena itulah penguatan sangat penting agar pembelajaran dapat terjadi.

Baca Juga : 7 Gangguan Perkembangan Pada Anak

3. Vladimir M Bekhtereev

Tokoh Behaviorisme
Vladimir M Bekhtereev

Tokoh Behaviorisme yang ke-3 adalah Bekhterev. Dia menerima gelarnya dari Akademi Kesehatan Militer St. Petersburg pada 1881. Dia menuntut ilmu di Universitas Leipzig bersama Wundt, mengambil mata kuliah tambahan di Berlin dan Paris, dan kembali ke rusia untuk mengajar di Universitas Kazan sebagai dosen penyakit mental.

Pada 1893, dia ditunjuk sebagai pimpinan bagian penyakit mental dan syaraf diAkademi Kesehatan Militer. Pada 1907, dia mendirikan psychoneurogical Institute, yang kini mengabadikan namanya. Bekhterev dan Pavlov menjadi musuh setelah Pavlov menerbitkan ulasan negatif terhadap salah satu buku Bekhterev. Dia meninggal pada tahun 1927 karena merawat stalin yang di vonis menderita paranoia. Dicurigai bahwa stalin meracuni Bekhterev sebagai balas dendam terhadap vonis yang dijatuhkan kepadanya.

Pokok Pemikiran Tokoh Behaviorisme Bekhtereev

Minat Bekhterev adalah pengondisian respon motorik. Dia menerapkan prinsip-prinsip pengondisian Pavlov pada otot. Penemuan utamanya adalah refleks terasosiasi. Dia menemukan bahwa gerakan refleksif dapat terjadi tidak hanya karena stimulus tak terkondisi, tetapi juga stimuli yang telah diasosiasikan oleh stimulus awal.

Baca Juga: Layanan Psikiater Yang Ada Di Jogja

4. John B Watson

John B Watson
John B Watson

Tokoh Behaviorisme yang ke-4 adalah Watson. Dia lahir di dekat Greenville, south Carolina. Ibunya merupakan sosok yang religious, namun sifat ayahnya keterbalikan dari ibunya. Watson lahir pada keluarga uang miskin, hanya mengandalkan hasil lading saja. Ketika Watson berumur 13 tahun, dia dan ibunya ditinggal ayahnya yang pergi dengan wanita lain.

Dari kejadian itu, Watson membenci ayahnya seumur hidup. Saat Watson sudah memiliki kekayaan, ayahnya kembali dating kepadanya, namun Watsong menolak kehadiran ayahnya. Watson dikenal sebagai anak pemalas, suka berkelahi, dan temperamen. Namun pada saat Watson berusia 16 tahun, dia mendaftarkan dirinya ke sebuah Universitas furman di Greenville melalui program Baptis, dan berniat untuk menjadi seorang pendeta.

Watson juga berharap agar bisa melanjutkan studinya di Seminari Teologi Princeton setelah lulus dari Furman. Watson mendapatkan gelar masternya pada 1899, ditahun yang bersamaan ibunya meninggak dunia. Kemudian Watson merubah pandangan hidupnya, melanjutkan studinya dan mendaftarkan dirinya ke Universitas Chicago. Dengan niat mendapatkan gelar dalam ilmu filsafat bersama John Dewey yang terkenal hebat pada masa itu.

Lanjutan

Namun bagi Watson, kuliah-kuliah Dewey membuatnya pusing dan susah, akhirnya Watson mengurungkan niatnya untuk mendapatkan gelar ilmu filsafat. Tak berhenti disitu, Watson segera tertarik dengan ilmu psikologi karya James Angell. Seorang psikologi fungsional Pada 1903, berumur 25 tahun. Watson mendapatkan gelar Ph. D dan tercatat sebagai peraih gelar doktor termuda dalam sejarah Universitas Chicago. Namun Watson masih saja belum puas karena bagi Dewey dan Angell Watson masih berada dibawah Helen Wooley.

Watson menikahi mahasiswinya sendiri yang berumur 19 tahun, bernama Mary Ickes. Watson meniti karirnya menjadi pengajar di Universitas Chicago hingga tahun 1908. Kemudian dia ditawari oleh James Mark Baldwin untuk menjadi pengajar di Universitas John Hopkins. Di Baltimore dengan kenaikan gaji yang besar ditambah menjadi pemimpin laboratorium. Watson tidak bisa menolak, dan dia melanjutkan karirnya di Hopkins selama 12 tahun.

Kejayaan Watson

Ini menjadi masa Watson yang paling produktif bagi psikologi. Pada usia 31 tahun, Watson menjadi sosok yang dipuja oleh masyarakat sekitar, termasuk para mahasiswa Hopkins. Watson menjadi pimpinan Fakultas Psikologi, dan editor Psychological Review menggantikan Mark Baldwin. Pada 1913, Watson menerbitkan artikelnya yang terkenal pada Psychological Review.

Disaat yang bersamaan aliran behaviorisme resmi diluncurkan. Pada 1914, Watson kembali menerbitkan sebuah karya berbentuk buku dengan judul, An Introduction Comparative Psychology. Pada tahun 1915, Watson resmi menjadi presiden APA. Pada 1919, Watson kembali menerbitkan buku yang didedikasikan untuk Cattel dengan judul, Psychology From The Standpoint Of A Behaviourist.

Namun takdir buruk menyelimuti pernikahan Watson, diam-diam Watson menyukai wanita lain, sehingga istrinya menceraikannya dan menjadikan hidup Watson setelah bercerai sebagai citra buruk dikalangan masyarakat pada saat itu, serta dikeluarkan dari John Hopkins. Pada 1957, Watson mendapatkan penghargaan dari APA, dan ditahun berikutnya sebelum Watson tutup usia, dia membakar semua manuskrip dan catatanya, karena dia tidak ingin meninggalkannya sebagai catatan sejarah.

Pokok Pemikiran Tokoh Behaviorisme Watson

Menurut Watson, psikologi harus membatasi dirinya untuk focus hanya pada ilmu-ilmu dan studi yang sifatnya obyektif. Bagi Watson metode behaviorisme adalah, (1) Observasi dengan atau tanpa menggunakan alat, (2) metode-metode pengujian, (3) metode laporan verbal, (4) metode refleks terkondisi.

Pokok kajian behaviorisme adalah unsur-unsur perilaku, yakni gerakan maskular tubuh dan sekresi kelenjar. Menurut Watson, respon bersifat eksplisit dan implisit. Respon eskplisit tampak nyata dan dapat diobservasi secara langsung. Respon implisit seperti gerakan-gerakan didalam organ, sekresi kelenjar, dan impuls syaraf, terjadi didalam tubuh organisme. Sama halnya dengan respon, stimuli juga dapat bersifat sederhana maupun kompleks. Gelombang cahaya yang menyentuh pupil adalah sebuah stimuli sederhana.

3 Topik Utama

Usaha behaviorisme Watson adalah menjadi sains yang terbebas dari pemikiran dan metode subyektif. Watson memperlakukan tiga topik utama, (1) instink, Watson menggambarkan 11 instink, termasuk berhubungan dengan perilaku acak. Namun konsep ini dihapus pada tahun 1952, karena bagi Watson perilaku yang terkedan instinktif adalah sebuah respon yang terkondisi secara social. (2) emosi, bagi Watson emosi hanyalah sekedar respon fisiologis terhadap stimuli tertentu. Setiap emosi melibatkan sebuah pola perubahan psikologi tertentu, seperti riset Watson pada Albert, Peter, dan kelinci. Menurutnya, emosi dapat digambarkan secara menyeluruh dalam kerangka situasi stimulus obyektif, respon fisik yang terlihat dari luar, serta perubaha-perubahan fisiologis internal. (3) proses berfikir, menurut Watson, berpikirterjadi tanpa adanya gerakan maskular, ia tak dapat diobservasi maupun dieksperimentasi.

Pikiran dipandang sebagai sesuatu yang kasat mata, sesuatu yang khusus berada didunia mental sehingga tidak memiliki titik referensi fisik.

Baca Juga : Pengertian Psikologi Menurut Tokoh Dan Para Ahli

5. William Mc Dougall

Tokoh Behaviorisme
William Mc Dougall

Tokoh Behaviorisme yang ke-5 adalah William Mcdougall. Dia adalah tokoh yang sangat kuat menentang Watson, seorang psikolog asal Inggris yang datang ke Amerika. Dia terkenal dengan teori instinknya. Dia adalah pendukung gerakan-gerakan yang tidak populer. Banyak pers Amerika yang sering mencelanya, McDougall dihina didalam komunitas psikologi karena mengkritik behaviorisme pada 1920.

Pokok Pemikiran Tokoh Behaviorisme Dougall

Teori instink McDougall mengatakan bahwa, perilaku manusia berasal dari tendensi-tendensi dari dalam diri membentuk pikiran dan tindakan. Watson menolak pemikiran ini, dan keduanya berselisih bukan hanya dalam persoalan ini, tetapi juga dalam beberapa persoalan lainya. Mcdougall setuju mengenai data perilaku yang diberikan Watson adalah fokus yang benar untuk riset psikologis, tetapi menurut pendapatnya data tentang kesadaran juga tak dapat dilepaskan.

6. Edward Chace Tolman

Edward Chace Tolman
Edward Chace Tolman

Tokoh Behaviorisme yang ke-6 adalah Edward Tolman. Dia mempelajari ilmu teknik rekayasa di Institut teknologi Massachusetts. Dia pindah ke psikologi dan mendapat gelar Ph. D-nya dari Harvard pada 1915. Tiga tahun sebelumnya Tolman belajar di Jerman pada psikolog Gestalt Kurt Koffka. Tolman menjadi seorang pengajar di universitas Northwestern di Evanston, dan pada 1918 dia pindah ke Universitas California di Berkeley, disinilah dia mengajar psikologi komparatif dan melakukan riset tentang pembelajaran pada tikus. Selama Perang Dunia II, Tolman bergabung dengan OSS, pelopor dari CIA. Pada awal 1950-an, dia membantu memimpin perlawanan dewan pengajar untuk melakukan sumpah kesetiaan negara bagian California.

Pokok Pemikiran Tokoh Behaviorisme Tolman

Pendekatan Tolman terhadap behaviorisme disampaikan dalam bukunya, Purposive behaviour in Animan and Men. Istilah yang dibuatnya purposive behaviour, sistem yang mengombinasikan antara studi obyektif terhadap perilaku dengan pertimbangan terhadap adanya tujuan dalam perilaku.

Tolman berpendapat adanya tujuan dalam perilaku dapat didefinisikan didalam istilah-istilah behavioral obyektif. Dengan kata lain, perilaku menunjukkan tanda-tanda adanya tujuan dan orientasi pada pencapaian sebuah tujuan atau mempelajari cara untuk mencapai tujuan. Tolman mencatat lima variabel independen sebagai penyebab perilaku: stimuli lingkungan, dorongan psikologis, hereditas, pelatihan yang diterima, dan usia.

Tolman memasukkan sekumpulan faktor yang tak dapat diobservasi, variabel antara, yang merupakan determinan perilaku yang sesunggguhnya. Faktor-faktor ini yang merupakan proses internal yang menghubungkan situasi stimulus dengan respon yang terobservasi. Variabel antara adalah apa saja yang terjadi pada organisme. Contoh variabel antara yakni ketika merasakan lapar, kita tak dapat melihat rasa lapar, tetapi rasa lapar dapat dihubungkan dengan respon obyektif perilaku seperti kecepatan memakan makanan.

Masalah Pembelajaran

Masalah pembelajaran menjadi bagian besar dalam behavioris Tolman. Dia menolak pendapat Thorndike yang mengatakan bahwa imbalan atau penguatan hanya memberi sedikit pengaruh pada pembelajaran. Tolman mengusulkan sebuah penjelasan kognitif terhadap pembelajaran, dan mengatakan bahwaa pelaksanaan sebuah tugas yang diulang akan memperkuat hubungan yang dipelajari antara petunjuk-petunjuk lingkungan dan ekspektasi organisme.

Baca Juga: 14 Jurusan Psikologi Terfavorit Di Indonesia

7. Clark Leonard Hull

Tokoh Behaviorisme
Clark Leonard Hull

Tokoh Behavioristik yang ke-7 adalah Hull. Dia dikenal sebagai orang yang berkemampuan dalam bidang matematika dan logika formal. Sepanjang kehidupanya selalu diselimuti masalah kesehatan dan penglihatan yang buruk. Pernah suatu saat dia hampir mati karena menderita tifoid, yang membuat ingatanya terganggu. Ketika berusia 24 tahun dia terkena polio, dan mengalami kecacatan pada salah satu kakinya. Keluarganya miskin, aset terbesarnya adalah motivasinya yang amat besar untuk meraih kesuksesan.

Pada 1918, pada usia yang relative muda, 34 tahun, Hull berhasil meraih gelar Ph. D-nya dari Universitas Wisconsin. Dimana dia belajar teknik pertambangan sebelum beralih ke psikologi. Dia tetap menjadi tenaga pengajar di Wisconsin selama 10 tahun. Pada 1929, Hull menerima sebuah posisi menjadi guru besar di Universitas Yale untuk mengejar minatnya dalam perumusan teori perilaku yang didasarkan pada hukumpegondisian Pavlov. Pada 1930-an, Hull menerbitkan sebuah artikel mengenai pengondisian, dan berpendapat bahwa perilaku tingkat tinggi dapat dijelaskan berdasarkan prinsip-prinsip pengondisian dasar.

Pokok Pemikiran Tokoh Behaviorisme Hull

Hull menggambarkan behaviorisme dan citranya mengenai hakikat manusia dalam istilah-istilah mekanistik dan memandang perilaku manusia sebagai sesuatu yang otomatis dan dapat direduks kedalam Bahasa fisika. Menurut Hull, behavioris harus memandang subyek mereka sebagai mesin. Behaviorisme Hull yang mekanistik memberikan pandangan yang jelas mengenai metode-metode yang seharusnya digunakan dalam sebuah studi.

Yang pertama ia harus obyektif, dan yang kedua ia harus kuantitatif. Hull mencatat empat metode yang dianggapnya sangat berguna bagi riset ilmiah. Tga diantaranya sudah digunakan secara luas: observasi sederhana, observasi terkontrol sistematis, dan pengujian eksperimental terhadap hipotesis. Metode keempat yang diusulkan Hull adalah hipotetico-deduktif, yang menggunakan deduksi dari serangkaian rumusan yang ditentukan secara a priori.

Bagi Hull, motivasi dasar adalah kondisi kebtuhan tubuh yang muncul dari sebuah penyimpangan dari kondisi-kondisi biologis optimal. Drive atau dorongan didefinisikan sebagai stimulus yang muncul dari keadaan kebutuhan sekelompok sel didalam tubuh organisme yang membangkitkan perilaku.

2 Dorongan

Ada dua dorongan, yang perta dorongan primer, dan yang kedua dorongan sekunder. Dorongan primer yang diasosiasikan dengan keadaan kebutuhan biologis bawaan dan bersifat vital bagi kelangsungan hidup organisme. Sedangkan dorongan sekunder, dorongan yang dipelajari, yang berhubungan dengan stimuli lingkungan yang diasosiasikan dengan pereduksian dorongan primer sehingga menjadi dorongan itu sendiri.

Teori Pembelajaran Hull

Teori pembelajaran Hull, memfokuskan pada prinsip penguatan. Hukum penguatan primer Hull, menyatakan bahwa ketika hubungan stimulus-respon diikuti dengan reduksi yang dibutuhkan, probabilitasnya akan meningkat sehingga pada kesempatan selanjutnya stimulus yang sama akan menghasilkan respon yang sama. Jika intensitas stimulus direduksi dengan dorongan sekunder, dorongan tersebut akan bertindak sebagai penguat sekunder. Hull menyebutkan koneksi stimulus-respon sebagai habit-strength, ia merupakan fungsi penguat dan merujuk pada persistensi pengondisian. Pembelajaran tidak akan terjadi apabila tidak ada penguatan. Penekanan pada penguatan ini yang menjadi ciri khas Hull sebagai sebuah teori reduksi-kebutuhan.

Baca Juga: Psikologi Humanistik – Rangkuman Mengenai Pengertian, Tokoh

8. B.F Skinner

B.F Skinner
B.F Skinner

Tokoh Behaviorisme yang ke-8 adalah Skinner. Skinner lahir di Susquehanna, Pennsylvania. Masa kuliahnya dihabiskan di Hamilton College di New York, dan lulus dengan gelar Bahasa inggris. Dua tahun setelah kelulusanya dia menjadi penulis, dan pada 1928 da melanjutkan pendidikanya sebagai mahasiswa pasca-sarjana fakultas psikologi di Universitas Harvard. Dia berhasil meraih gelar Ph. D-nya dalam tiga tahun. Mengajar di Universitas Minnesota (1936-1945), dan Universitas Indiana (1945-1947). Kemudian setelah itu dia kembali ke Harvard. Pada 1964, diusia 60 tahun, ia pensiun dari pekerjaanya sebagai pengajar, dan pada 1974 ia pensiun sebagai professor, dan meninggal pada 1990 karena penyakit leukemia.

Pokok Pemikiran Tokoh Behaviorisme Skinner

Pengondisian operan milik Skinner, beroperasi pada lingkungan organisme, karena perilaku sebagian besar adalah tipe operan, maka pendekatan yang paling efektif terhadap sebuah sains perilaku adalah mempelajari pengondisian dan peniadaan perilaku-perilaku peran ini. Penguatan ada dua, positif, setiap stimulus yang diberikan kemudian meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut muncul kembali. Dan negatif, menghilangkan suatu stimulus yang tidak disukai, dan akan mengurangi perilaku tersebut muncul kembali. Kemudian Skinner juga memberi jadwal penguatan, ada empat, (1) rasio tetap, pemberian penguatan secara acak, bergantung jumlah respon yang diberikannya. (2) rasio bervariasi, pemberian penguatan setelah respon ke-n. (3) interval tetap, pemberian penguatan untuk respon pertama atas dasar periode waktu yang telah ditentukan. (4) interval bervariasi, pemberian penguatan setelah jangka waktu atau periode yang ditetapkan secara acak.

9. Albert Bandura

Albert Bandura
Albert Bandura

Tokoh Behaviorisme yang ke-9 adalah Albert Bandura. Bandura dilahirkan di Canada. Ketika lulus SMA, dia bekerja bersama kelompok pekerja konstruksi Wilayah Yukon, memperbaiki lubang-lubang jalan raya Alaska. Bandura mendaftar di Universitas British Columbia di Vancouver dimana dia mengambil mata kuliah psikologi. Walaupun dia hanya ditawarkan dalam mata kuliah ini, ternyata dia merasa bahwa dirinya menyukai bidang itu, dan memutuskan untuk meneruskanya, pada 1952 Bandura mendapatkan gelar Ph. D-nya dari Universitas Iowa, kemudian dia meniti karir di Universitas Stanford.

Pokok Pemikrian Tokoh Behaviorisme Bandura

Selain merupakan teori ehavioral, system Bandura juga kognitif. Dalam pandangan bandura, respon behavioral tidak terpicu secara otomatis pada manusia melalui stimulus eksternal, seperti yang terjadi pada mesin atau robot. Tetapi menurutnya reaksi terhadap stimuli itu teraktivasi dengan sendirinya. Meski Bandura sependapat dengan Skinner bahwa perilaku manusia dapat diubah melalui penguatan, dia juga megusulkan, bahwa kenyataannya individu dapat mempelajari hampir semua perilaku tanpa harus mengalami penguatan secara langsung.

Kita juga dapat mengetahui teori Bandura vicarious reinforcement, dengan mengamati bagaimana orang lain berperilaku dan melihat konsekuensi-konsekuensi dari perilaku mereka. Karena itu, proses kognitif jadi memainkan peranan penting didalam teori kognitif sosialBandura. Dan hal ini yang menjadi pembeda dari Skinner. Bagi Skinner, siapa yang mengontrol penguatan maka dia akan mengontrol perilaku. Bagi Bandura, siapa yang mengontrol model dalam masyarakat akan mengontrol perilaku. Pendekatan Bandura adalah teori belajar sosial. Bandura juga melakukan banyak riset mengenai self-Efficacy.

Yang digambarkan sebagai rasa keberhargaan-diri. Orang yang memiliki self-efficacy rendah akan menjadi tak berdaya. Secara umum ditemukan bahwa laki-laki memiliki self-efficacy lebih tinggi dibanding perempuan. Self-efficacy mencapai puncak tertinggi pada usia paruh baya dan akan menurun setelah umur 60 tahun. Tujuan Bandura dalam membangun sebuah pendekatan kognitif sosial terhadap behaviorisme adalah untuk memodifkasi perilaku-perilaku yang dianggap masyarakat tidak normal.  

10. Julian Rotter

Julian Rotter
Julian Rotter

Tokoh Behaviorisme yang terakhir adalah Rotter. Rotter dibesarkan di Brooklyn, New York. Ketika SMA dia tertarik dengan karya Alfred Adler da Sigmund Freud, sehingga dia berminat untuk masuk kedalam dunia psikologi, namun dia kecewa karena mengtahui nahwa lapangan kerja yang tersedia sangat sedikit apabila dia menjadi psikolog.

Rotter memilih bidang kimia di Brooklyn College, disana dia bertemu dengan Adler, dan akhirnya pindah juga ke psikologi walaupun dia sudah tahu resiko sedikitnya lapangan kerja. Setelah mendapat gelarnya Ph. D dari Universitas Indiana pada 1941, dia memulai karirnya menjadi pengajar di rumah sakit jiwa di Connecticut. Dia juga bekerja sebagai psikolog Angkatan Bersenjata Amerika pada Perang Dunia II, mengajar hingga 1963 di Universitas negeri Ohio. Pada 1988, Rotter menerima Distinguished Scientific Contribution Award dari APA.

Pokok Pemikiran Tokoh Behaviorisme Rotter

Rotter mengembangakn sebuah bentuk behaviorisme kognitif. Sama seperti Bandura. Dia hanya mempelajari subyek manusia dalam interaksi sosial. Bagi Rotter, kondisi kognitif internal memberikan pengaruh terhadap pengalaman eksternal. Rotter memfokuskan banyak riset terhadap sumber penguat. Lokus kontrol internal, penguatan tergantung pada diri mereka sendiri, dan lokus kontrol eksternal, penguatan tergantung pada kkekuatan dari luar.

Penutup

Diatas adalah beberapa tokoh psikologi aliran behaviorisme. Silahkan anda bisa membaca dan menemukan tokoh lain di buku-buku, atau jurnal. Selamat membaca artikel yang lain ya.

Tinggalkan Balasan

%d