Psikologi Kognitif- Sejarah, Hakikat, dan Berdirinya

Kita telah melihat bagaimana masing-masing aliran pemikiran dalam psikologi dibangun, Berjaya untuk sesaat, kemudian menjadi bagian dari pemikiran psikologi kontemporer jalur utama. Termasuk Psikologi Kognitif. Setiap aliran memperoleh kesuksesannya dengan caranya masing-masing, dan masing-masing memberikan kontribusi substansial bagi evolusi psikologi. Psikologi Kognitif salah satunya, kami akan membahas topik Psikologi Kognitif dibawah ini.

Gangguan Perkembangan Pada Anak
Psikologi Kognitif

Daftar Isi

Gerakan Psikologi Kognitif

Dalam manifesto behavioris Watson pada 1913, dia mendesain agar psikologi melepaskan semua referensi kepada pikiran, kesadaran, atau proses sadar. Dan memang para psikolog yang mengikuti anjuran Watson menghilangkan konsep-konsep ini dan membuang semua terminolog mentalistik. Selama beberapa dekade, buku-buku teks pengantar psikologi menggambarkan mengenai pemungsian otak tetapi menolak  untuk membahas apa pun yang terkait dengan konsepsi pikiran. Orang-orang melontarkan lelucon bahwa psikolog sudah “kehilangan kesadarannya” atau “hilang akal,” tampaknya untuk selamanya.

Baca Juga : Gangguan Perkembangan Pada Anak

Pada 1976, dalam pidato tahunannya, presiden APA menyampaikan kepada para audiens yang hadir bahwa psikologi sedang berubah. Dan bahwa konsepsi baru mengajak untuk memfokuskan kembali kepada kesadran (Psikologi Kognitif). Citra psikologi mengenai hakikat manusia berubah menjadi “manusiawi dan bukan mekanis” (McKeachie,1976,hal.831). Ketika seorang pejabat APA dan sebuah jurnal prestisius membahas tentang kesadaran secara begitu terbuka dan optimistik. Sepertinya mulai jelas bahwa sebuah revolusi  -sebuah gerakan baru- sedang terjadi.

Berbagi revisi dalam buku-buku tekspun mengikutinya. Mendefinisikan kembali psikologi sebagai sains perilaku dan proses mental ketimbang sekadar perilaku saja. Sebuah sains yang berusaha untuk menjelaskan perilaku kasatmata dan hubungannya dengan proses-proses mental. Sehingga menjadi jelas bahwa psikolog telah mengalami kemajuan sampai jauh keluar dari apa yang dirancang. Dan diharapkan oleh Skinner dan Watson. Sebuah aliran pemikiran telah mendapatkan pijakannya yaitu psikologi kognitif.

Pengaruh-pengaruh Antiseden Psikologi Kognitif

Sama seperti gerakan revolusioner dalam psikologi,psikologi kognitif tidak muncul dalam satu malam. Banyak ari filtur-filtur yang ada didalamnya sudah diantisipasi. Ketertarikan terhadap kesadaran sangat jelas dalam masa-masa awal psikologi sebelum ia menjadi sebuah sains formal.

Ketika Wundt mendirikan psikologi sebagai sebuah disiplin ilmiah tersendiri, karyanya terpusat pada kesadaran. Dia bisa dianggap sebagai pelopor psikologi kognitif. Aliran pemikiran penganut strukturalisme dan fungsionalis berhubungan dengan kesadaran, mempelajari elemen dan fungsi-fungsinya.

Behaviorisme purposive dari E.C Tolman adalah perintis lainnya untuk gerakan psikologi kognitif. Bentuk Behaviorismenya mengenal arti penting variabel-variabel kognitif dan berkontribusi terhadap menurun pendekatan stimulus-respon.

Baca Juga : Stroop Effect Pada Laki laki dan Perempuan

Rudolf Carnap, seorang filosof positivis, menyerukan untuk kembali kepada introspeksi. Pada 1956, Carnap menulis, ”kesadaran seseorang akan kondisi imajinasi, perasaan, dan lain-lain dari dirinya, harus dilihat sebagai suatu jenis obsservasi, yang pada prinsipnya tidak berbeda dari observasi eksternal, dan karena itu merupakan sumber pengetahuan yang absah”.

Bahkan Bridgman, fisikawan yang menyumbangkan pemikiran mengenai definisi operasional kepada behaviorisme dan bersikeras agar laporan-laporan introspektif digunakan untuk memberi makna kepada analisis-analisis operasional.

Pengaruh Zeitgeist dalam Fisika

Sejak awal abad kedua puluh, sudut pandang yang dikembangkan dalam fisika muncul dari karya Albert Einstein, Neil Bohr, dan Werner Heisenberg. Mereka menolak model mekanistik alam semesta yang ditanamkan sejak masa Galileo dan Newton. Cara pandang baru dalam fisika meniadakan tuntutan terhadap obyektifitas total dan pemisahan sempurna dunia eksternal dari pengamat.

Sebagai akibatnya, cita-cita dari sebuah realitas yang benar-benar obyektif tidak lagi dianggap dapat dicapai. Fisika kemudian di cirikan oleh keyakinan bahwa pengetahuan obyektif sebenarnya adalah subyektif, tergantung pada pengantarnya.

Berdirinya Psikologi Kognitif

Sebuah pandangan retrospektif terhadap gerakan kognitif memberi kesan adanya sebuah transisi yang berlangsung cepat yang telah melemahkan pondasi-pondasi psikologi behavioris hanya dalam beberapa tahun saja.

Ketika kita merenungkannya kembali, sejarah telah mengidentifikasikan dua orang sarjana yang bukan pendiri dalam artian formal, tetapi merupakan orang yang karyanya berkontribusi secara inovatif dalam bentuk pusat riset dan buku-buku yang kini dianggap sebagai tonggak dalam perkembangan psikologi kognitif. Mereka adalah George Miller dan Ulric Neisser.

Hubungan dengan Teknologi

Perkembangan terus terjadi, begitu pula dengan teknologi yang terus berkembang, tak terkecuali komputer. Komputer pada masa sekarang sudah lebih maju daripada komputer zaman dulu. Apabila dulu proses kognisi manusia diibaratkan denga jam dan otomata, sekarang komputerlah yang diibaratkan sebagai sebuah fenomena kognitif manusia.

Komputer terus berkembang dari zaman ke zaman. Awalnya komputer berukuran sanagt berat dan besar namun seiring perkembangan terdapat perubahan baik dalam hal ukuran maupun fungsi yang lebih kompleks. Hal tersebut menjunjukkan bahwa terdapat keberlanjutan sejarah dalam evolusi psikologi dari aliran lama ke baru, seperti halnya komputer

Intelegensi Artifisial

Terdapat perbedaan dalam memandang intelegensi artifisial. Para tokoh memperdebatkan apakah intelegensi pada mesin sama dengan intelegensi pada manusia? Untuk menjawab hal tersebut, beberapa tokoh telah melakukan pengujian.

Yang pertama yaitu Alan Turing, dimana pengujiannya menyimpulkan bahwa intelegensi mesin setingkat dengan intelegensi manusia karena mesin juga dapat berfikir. Namun, hal tersebut dibantah oleh John Searle, dimana menuturnya, intelegensi manusia dan mesin tidak dapat disamakan karena mesin tidak dapat berfikir, mesin hanya melakukan perintah tanpa memahami pesan yang diterimanya.

Pada akhirnya, para tokoh psikologi kognitif setuju bahwa mesin tidak dapat berfikir layaknya manusia meskipun mesin terlihat seperti berfikir. Komplektifitas mesin tidak seperti yang ada pada manusia

Hakikat Psikologi Kognitif

Psikologi kognitif berbeda dengan behaviorisme dalam beberapa hal, diantaranya:

Yang pertama, para psikolog kognitif lebih memfokuskan pada proses-proses memahami ketimbang sekedar merespon stimuli. Faktor-faktor pentingnya adalah proses dan peristiwa mental, bukan koneksi stimulus-respon, penekanannya pada pikiran, bukan perilaku.

Yang kedua, para psikolog kognitif tertarik pada bagaimana pikiran menyusun atau mengorganisir pengalaman. Para psikolog Gestalt, termasuk Piaget, memberi pendapat yang mendukung kecenderungan bawaan untuk mengorganisir pengalaman sadar (sensasi dan persepsi) menjadi keseluruhan dan pola-pola yang bermakna. Pikiran memberi bentuk dan koherensi kepada pengalaman mental.

Yang kegita, para psikolog kognitif yakin bahwa individu secara aktif dan kreatif mengelola stimuli yang mereka terima dari lingkungan. Kita dapat memperoleh pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan tersebut dan kemudian menyimpannya ke dalam memori. Hal ini berbeda dengan kalangan behavioris, perespon pasif terhadap kekuatan eksternal atau kertas kosong yang menjadi tempat ditulisnya pengalaman inderawi.

Neurosains Kognitif

Tujuan dari bidang ini adalah menentukan “bagaimana fungsi-fungsi otak memunculkan aktivitas mental” dan “mengkorelasikan aspek-aspek spesifik dalam pemrosesan informasi pada bagian-bagian otak tertentu”.

Pada 2006, ilmuwan neurosains menunjukkan bahwa otak manusia dapat melakukan kontrol terhadap sebuah komputer. Pikiran dapat diterjemahkan ke dalam gerakan hanya dengan impuls elektrik. Subyeknya adalah seorang pria berusia 25 tahun yang mengalami kelumpuhan total selama tiga tahun terakhir.

Sensor-sensor elektrik, ditanam di dalam korteks motorik di otaknya, ketika dihubungkan dengan komputer dapat membuatnya mampu mengontrol bukan hanya komputernya tetapi juga seperangkat televisi dan sebuah robot-semuanya hanya dengan menggunakan pikirannya.

Peran Introspeksi

Dalam sebuah pernyataan yang mungkin diutarakan oleh Wundt atau Titchener, seorang psikolog yang menulis pada akhir abad kedua puluh mencatat sebuah fakta yang sangat jelas bahwa “jika kita ingin mempelajari kesadaran kita harus menggunakan introspeksi dan laporan-laporan introspektif”. Sebuah pendekatan, penilaian fenomenologis retrospektif, melibatkan tindakan meminta subyek untuk menilai intensitas pengalaman subyektif mereka ketika sedang merespon pada sebuah situasi stimulus sebelumnya.

Seorang psikolog terkemuka mencatat bahwa bukan hanya retrospektif yang kini digunakan secara luas tetapi juga bahwa kondisi-kondisi sadar yang terungkap melalui introspeksi “sering kali menjadi pemrediksi yang baik untuk tingkah laku seseorang”. Beberapa subyek mungkin akan memberikan laporan-laporan introspektif yang lebih disukai secara sosial dengan mengatakan kepada periset bahwa mereka berpikir kalau periset ingin mendengar masukan yang menyenangkan mereka. Masalah lain dengan introspeksi adalah para subyek mungkin tidak akan dapat mengakses sebagian dari pikiran atau perasaan mereka karena berada jauh di dalam pikiran tak-sadar, sebuah topik yang semakin menjadi pusat perhatian para psikolog.

Kognisi Tak Sadar

Studi mengenai proses-proses mental sadar memercikkan sebuah ketertarikan yang terbarukan terhadap aktifitas kognitif tak-sadar. Riset menunjukkan bahwa sebagian besar aktifitas berpikir dan pemrosesan informasi terjadi di dalam pikiran tak-sadar, yang dapat beroperasi lebih cepat dan efisien dibandingkan pikiran sadar. Pikiran tak sadar baru lebih bersifat rasional ketimbang emosional dan terlibat dalam tahap awal kognisi ketika ia merespon sebuah stimulus. Sehingga, proses-proses tak-sadar membentuk sebuah bagian integral dari pembelajaran dan dapat dipelajari secara eksperimental.

Secara umum, para periset kognitif setuju bahwa sebagian besar pemrosesan mental manusia terjadi pada tingkat non-sadar. “Kini terlihat bahwa pikiran tak-sadar ‘lebih pintar’ daripada yang diperkirakan sebelumnya, mampu memproses informasi verbal dan visual yang kompleks bahkan mampu mengantisipasi dan merencanakan kejadian yang akan datang. Buka lagi sekadar wadah untuk menampung dorongan dan impuls, pikiran tak-sadar tampaknya memainkan peranan dalam menyelesaikan masalah, pengujian hipotesis, dan kreatifitas”.

Sebuah pendekatan populer untuk mempelajari pemrosesan tak-sadar melibatkan persepsi alam bawah sadar atau aktivasi alam bawah sadar, di mana stimuli diberikan di bawah tingkat kesadaran sadar subyek, stimuli ini dapat mengaktifkan proses sadar dan perilaku subyek. Riset seperti ini menunjukkan bahwa kita dapat dipengaruhi oleh stimuli yang tidak dapat kita dengar ataupun kita lihat.

Penemuan ini telah mendorong para tokoh psikologi kognitif untuk menyimpulkan bahwa proses mendapatkan pengetahuan terjadi pada tingkat sadar dan juga tak-sadar, tetapi sebagian besar kerja mental yang terlibat dalam pembelajaran terjadi pada tingkat tak-sadar.

Kognisi Hewan

Sejak tahun 1970-an, psikolog hewan telah melakukan demonstrasi mengenai cara kerja hewan dalam “menerima, membentuk, menghitung, dan memanipulasi representasi simbol-simbol dalam kehidupan yang menyangkut spasial, temporal, dan kausal sebagai tujuan menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan mengatur perilaku mereka”

Memori hewan kompleks dan fleksibel, serta setidaknya ada proses kognitif yang beroperasi mirip yang ada pada manusia. Mereka menunjukkan proses mental seperti penerimaan dan pengaturan simbol-simbol, kemampuan untuk membentuk abstaksi mengenai ruang, waktu, dan angka dan untuk merepresentasikan hubungan sebab-akibat.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelinci dan anjing dapat memfungsikan pikiran pada satu tahap dengan anak kecil berusia 2,5 tahun. Babi-babi dapat bermain videogame dengan joystick dan bercermin untuk mencari makanan yang berada di belakang mereka.

Kepribadian Hewan

Awal tahun 1990an dua psikologis hendak meneliti 44 gurita merah pada sebuah aquarium di Seattle, Washington, pegawai ilmuwan dan penjaga pernah terceletuk apa yang ada di pikiran mereka ketika membedakan kepribadian. Psikolog-psikolog mengobservasi perilaku gurita di dalam tiga situasi dan menemukan bahwa perbedaan mereka terletak pada tiga faktor : aktivitas, reaktivitas, dan penghindaran. Sejak dilakukan penelitian tersebut, penelitian membuktikan karakteristik kepribadian berbeda-beda pada hewan-hewan, seperti ikan, laba-laba, hewan ternak, hyena, simpanse dan anjing.

Psikologi Kognitif Saat Ini

Perkembangan kognitif dalam eksperimen psikologi dan berdasarkan pada kesadaran yang bersanding dengan psikologi humanistik dan setelah Freudian psikoanalisis, kita dapat melihat bahwa kesadaran telah diklaim sebagai posisi sentral. Dampak dari psikologi kognitif telah terasa di beberapa bidang psikologi.

Kedepannya, psikologi kognitif telah merebah dan bekerjasama di beberapa ilmu disiplin yang membutuhkan pengetahuan mengenai pikiran. Pandangan ini disebut kognitif sains, adalah penggabungan psikologi kognitif linguistik, antropologi, filosofi, ilmu komputer, artificial intelligence, dan neurosains.

Perkembangan psikologi kognitif saat ini disebut sebagai penggabungan kognisi, di dalamnya terdapat aspek fisik yang terlihat dalam aktivitas otak dan di dalam sensasi dan persepsi. Psikologi kognitif belum selesai, karena berjalannya waktu psikologi kognitif masih berkembang.

Tinggalkan Balasan

%d