Skizofrenia – Pengertian, Macam, dan Faktor

Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan distorsi khas proses pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya.

Waham yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya, dan autisme. Skizo merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizo selama hidup mereka.

Gejala skizo biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Onset pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun.

Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan. Onset setelah umur 40 tahun jarang terjadi.

Daftar Isi

Prevalensi Skizofrenia

Kejadian skizofrenia pada pria lebih besar daripada wanita. Kejadian tahunan berjumlah 15,2% per 100.000 penduduk, kejadian pada imigran dibanding penduduk asli sekitar 4,7%, kejadian pada pria 1,4% lebih besar dibandingkan wanita.

Di Indonesia, hampir 70% mereka yang dirawat di bagian psikiatri adalah karena skizofrenia. Angka di masyarakat berkisar 1-2% dari seluruh penduduk pernah mengalami skizo dalam hidup mereka.

Skizofrenia di Indonesia

Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang banyak dapat memiliki prevalensi skizo yang tinggi. Namun sangat disayangkan data prevalensi skizo tidak dimiliki oleh Indonesia, oleh sebab itu perlu dilakukan kajian skizo secara komprehensif agar pencegahan penyakit skizo dapat dilakukan dengan baik.

Kajian ini merupakan tinjauan pustaka tentang skizo yang diambil dari berbagai sumber antara lain jurnal penelitian baik dalam negeri maupun luar negeri, serta buku pedoman diagnosis dan penatalaksanaan skizo.

Macam – Macam Skizofrenia

Beberapa tipe skizofrenia yang diidentifikasi berdasarkan variabel klinik menurut ICD-10 antara lain sebagai berikut :

Skizofrenia paranoid

Ciri utamanya adalah adanya waham kejar dan halusinasi auditorik namun fungsi kognitif dan afek masih baik

Skizofrenia hebefrenik

Ciri utamanya adalah pembicaraan yang kacau, tingkah laku kacau dan afek yang datar atau inappropiate.

Skizofrenia katatonik

Ciri utamanya adalah gangguan pada psikomotor yang dapat meliputi motoric immobility, aktivitas motorik berlebihan, negativesm yang ekstrim serta gerakan yang tidak terkendali.

Skizofrenia tak terinci

Gejala tidak memenuhi kriteria skizofrenia paranoid, hebefrenik maupun katatonik.

Skizofrenia residual

Paling tidak pernah mengalami satu episode skizo sebelumnya dan saat ini gejala tidak menonjol.

Skizofrenia yang lain:

  • Skizo simpleks
  • Skizo lainnya
  • Skizo yang tak tergolongkan.
  • Depresi pasca skizo
skizofrenia

Di tinjau dari diagnosa atau jenis skizo, jenis skizo terbanyak terdapat pada skizo paranoid sebanyak 40,8%, kemudian diikuti dengan skizo residual sebanyak 39,4%; skizo hebrefenik sebanyak 12%; skizokatatonik sebanyak 3,5%; skizotak terinci sebanyak 2,1%; skizo lainnya sebanyak 1,4%; dan yang paling sedikit adalah skizo simpleks sebanyak 0,7%

Faktor – Faktor

Gangguan jiwa skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya. Banyak faktor yang berperan terhadap kejadian gangguan tersebut.

Faktor-faktor yang berperan terhadap kejadian gangguan ski antara lain faktor genetik, biologis, biokimia, psikososial, status sosial ekonomi, stress, serta penyalahgunaan obat.

Faktor-faktor yang berperan terhadap timbulnya gangguan tersebut adalah sebagai berikut.

Umur

Umur 25-35 tahun kemungkinan berisiko 1,8 kali lebih besar menderita skizofrenia dibandingkan umur 17-24 tahun

Jenis Kelamin

Proporsi skiofrenia terbanyak adalah lakilaki (72%) dengan kemungkinan laki-laki berisiko 2,37 kali lebih besar mengalami kejadian skizofrenia dibandingkan perempuan.

Kaum pria lebih mudah terkena gangguan jiwa karena kaum pria yang menjadi penopang utama rumah tangga sehingga lebih besar mengalami tekanan hidup.

Sedangkan perempuan lebih sedikit berisiko menderita gangguan jiwa dibandingkan laki-laki karena perempuan lebih bisa menerima situasi kehidupan dibandingkan dengan laki-laki.

Meskipun beberapa sumber lainnya mengatakan bahwa wanita lebih mempunyai risiko untuk menderita stress psikologik dan juga wanita relatif lebih rentan bila dikenai trauma.

Sementara prevalensi gangguan ini antara laki-laki dan perempuan adalah sama.

Dampak ke Pekerjaan

Pada kelompok skizofrenia, jumlah yang tidak bekerja adalah sebesar 85,3% sehingga orang yang tidak bekerja kemungkinan mempunyai risiko 6,2 kali lebih besar menderita gangguan ini dibandingkan yang bekerja.

Orang yang tidak bekerja akan lebih mudah menjadi stres yang berhubungan dengan tingginya kadar hormon stres (kadar katekolamin) dan mengakibatkan ketidakberdayaan.

Karena orang yang bekerja memiliki rasa optimis terhadap masa depan dan lebih memiliki semangat hidup yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak bekerja

Status Perkawinan

Biografi Abraham maslow

Seseorang yang belum menikah kemungkinan berisiko untuk mengalami gangguan jiwa skizofrenia.

Dibandingkan yang menikah karena status marital perlu untuk pertukaran ego ideal dan identifikasi perilaku antara suami dan istri menuju tercapainya kedamaian.

Perhatian dan kasih sayang adalah fundamental bagi pencapaian suatu hidup yang berarti dan memuaskan.

Konflik Keluarga

Konflik keluarga kemungkinan berisiko 1,13 kali untuk mengalami gangguan jiwa ini dibandingkan tidak ada konflik keluarga.

Status Ekonomi

Status ekonomi rendah mempunyai risiko 6,00 kali untuk mengalami gangguan jiwa skizo dibandingkan status ekonomi tinggi.

Status ekonomi rendah sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Beberapa ahli tidak mempertimbangkan kemiskinan (status ekonomi rendah) sebagai faktor risiko, tetapi faktor yang menyertainya bertanggung jawab atas timbulnya gangguan kesehatan.

Himpitan ekonomi memicu orang menjadi rentan dan terjadi berbagai peristiwa yang menyebabkan gangguan jiwa.

Kedua stressor ini kaitmengait, makin membuat persoalan yang sudah kompleks menjadi lebih kompleks.

Baca Juga : Psikologi Abnormal

Genetik

Faktor genetik turut menentukan timbulnya gangguan ini. Hal demikian telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita gangguan dan terutama anak-anak kembar monozigot.

Angka kesakitan bagi saudara tiri adalah 0,9-1,8%; bagi saudara kandung 7-15%; bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita gangguan ski 7-16%; bila kedua orang tua menderita gangguan ski 40- 68%; bagi heterozigot 2-15%; dan bagi monozigot 61-86%.

Diperkirakan bahwa yang diturunkan adalah potensi untuk mendapatkan gangguan ski melalui gen yang resesif. Potensi ini mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi selanjutnya tergantung pada lingkungan individu itu apakah akan terjadi manifestasi gangguan tersebut atau tidak.

skizofrenia

Faktor Psikososial

Faktor psikososial meliputi interaksi pasien dengan keluarga dan masyarakat. Timbulnya tekanan dalam interaksi pasien dengan keluarga.

Misalnya pola asuh orang tua yang terlalu menekan pasien, kurangnya dukungan keluarga terhadap pemecahan masalah yang dihadapi pasien, pasien kurang diperhatikan oleh keluarga ditambah dengan pasien tidak mampu berinteraksi dengan baik di masyarakat menjadikan faktor stressor yang menekan kehidupan pasien.

Ketika tekanan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama sehingga mencapai tingkat tertentu, maka akan menimbulkan gangguan keseimbangan mental pasien.

Baca Juga: Psikologi Abnormal

Faktor Non Psikososial

Penyakit autoimun merupakan salah satu faktor risiko skizofrenia. Gangguan meningkat pada satu tahun setelah penyakit autoimun terdiagnosis.

Pada penyakit autoimun seperti lupus eritematous sistemik, ditemukan prevalensi gejala neuropsikiatrik yang tinggi yang dapat dipengaruhi oleh autoantibodi yang melewati barrier darahotak.

Efek ini berkaitan dengan afinitas antibodi terhadap reseptor N metil-d-aspartat di otak, sebuah reseptor yang menjadi pusat terhadap teori patofisiologi skizofrenia saat ini. Adanya infeksi berat juga meningkatkan risiko gangguan secara signifikan.

Peningkatan inflamasi pada penyakit autoimun dan infeksi dapat mempengaruhi otak melalui jalur yang berbeda. Satu jalur yang mungkin adalah peningkatan permeabilitas barier darah-otak membuat otak terpengaruh oleh komponen autoimun seperti autoantibodi dan sitokin

Gejala Skizofrenia

Bunuh Diri

Meskipun gejala klinis beraneka ragam, berikut adalah gejala yang dapat ditemukan.

Gangguan Pikiran

Biasanya ditemukan sebagai abnormalitas dalam bahasa, digresi berkelanjutan pada bicara, serta keterbatasan isi bicara dan ekspresi.

Baca Juga: Psikologi Abnormal

Delusi

Merupakan keyakinan yang salah berdasarkan pengetahuan yang tidak benar terhadap kenyataan yang tidak sesuai dengan latar belakang sosial dan kultural pasien.

Halusinasi

Persepsi sensoris dengan ketiadaan stimulus eksternal. Halusinasi auditorik terutama suara dan sensasi fisik bizar merupakan halusinasi yang sering ditemukan.

Afek Abnormal

Penurunan intensitas dan variasi emosional sebagai respon yang tidak serasi terhadap komunikasi.

Gangguan Kepribadian Motorik

Adopsi posisi bizar dalam waktu yang lama, pengulangan, posisi yang tidak berubah, intens dan aktivitas yang tidak terorganisis atau penurunan pergerakan spontan dengan kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar

Baca Juga: psikologi Abnormal

Pasca Rawat Inap

Penderita skizofenia pasca rawat inap mampu memaknai hidupnya yang sekarang dan sangat bergantung pada adanya tanggung jawab sesuai status yang dimiliki oleh penderita tersebut.

Meskipun dalam kondisi yang belum sembuh sepenuhnya dari gejalagejala skizofrenia, namun apabila mengingat tanggung jawab sesuai status yang disandang, penderita tetap memiliki keinginan untuk membuat dirinya lebih bermakna dibanding dengan sebelum-sebelumnya.

Rasa kurang bermakna inilah yang membuat penderita berusaha lebih untuk menjadi lebih bermakna. Penilaian mengenai bagaimana penderita skizo memaknai hidupnya juga bergantung dengan status mental penderita, termasuk salah satunya tipe skizofrenia.

Penderita skizo dengan tipe tertentu masih terganggu dengan gejala-gejala yang tidak bisa sepenuhnya hilang.

Sehingga mereka masih belum bisa menemukan sesuatu yang bermakna atau mengetahui seberapa bermakna diri mereka. Sehingga niat dan usaha untuk menjadi lebih berarti masih sangat kurang Penderita skizofenia pasca rawat inap mampu memaknai hidupnya yang sekarang dan sangat bergantung pada adanya tanggung jawab sesuai status yang dimiliki oleh penderita tersebut.

Meskipun dalam kondisi yang belum sembuh sepenuhnya dari gejalagejala skizofrenia, namun apabila mengingat tanggung jawab sesuai status yang disandang, penderita tetap memiliki keinginan untuk membuat dirinya lebih bermakna dibanding dengan sebelum-sebelumnya.

Rasa kurang bermakna inilah yang membuat penderita berusaha lebih untuk menjadi lebih bermakna. Penilaian mengenai bagaimana penderita skizo memaknai hidupnya juga bergantung dengan status mental penderita, termasuk salah satunya tipe skizofrenia.

Penderita skizo dengan tipe tertentu masih terganggu dengan gejala-gejala yang tidak bisa sepenuhnya hilang.

Sehingga mereka masih belum bisa menemukan sesuatu yang bermakna atau mengetahui seberapa bermakna diri mereka.

Pengasuh penyandang skizofrenia menilai kebutuhan lebih besar dari penyandang skizofrenianya sendiri. Adanya masalah kebutuhan yang dinilai tinggi dari sudut pandang pengasuh yaitu gejala psikotik, keuangan, informasi tentang kondisi dan pengobatan, serta kesehatan fisik.

Penyandang skizofrenia menilai kebutuhan yang tinggi pada kebutuhan kesehatan fisik, gejala psikotik, dan keuangan.

Ditemukannya kesamaan penilaian pada kebutuhan fisik yang tinggi baik bagi penyandang skizofrenia maupun pengasuhnya dapat menjadi masukan penting bahwa penyandang skizofrenia tidak hanya membutuhkan layanan psikiatri saja.

Tetapi juga pemeriksaan fisik atau layanan umum bagi penyandang skizofrenia menjadi juga menjadi kebutuhan penting

Baca Juga: Psikologi Abnormal

Intervensi Farmakologi

Jenis antipsikotik yang digunakan pada penderita skizofrenia yang paling banyak digunakan pada terapi tunggal adalah risperidon sebanyak 21,1%.

Risperidon

Risperidon

Risperidon merupakan derivat dari benzisoksazol yang diindikasikan untuk terapi skizofrenia baik untuk gejala negatif maupun positif. Efek samping ekstrapiramidal umumnya lebih ringan dibandingkan dengan antipsikosis tipikal.

Haloperidol

Haloperidol

Pada terapi kombinasi yang paling banyak digunakan adalah haloperidol dan klorpromazin sebanyak 23,2%. Haloperidol merupakan golongan potensi rendah untuk mengatasi penderita dengan gejala dominan gaduh, gelisah, hiperaktif, dan sulit tidur.

Haloperidol berguna untuk menenangkan keadaan mania pasien psikosis. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80% pasien yang diobati haloperidol.

Klorpromazin

klorpromazin

Klorpromazin merupakan golongan potensi tinggi untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, hipoaktif, waham, dan halusinasi. Klorpromazin menimbulkan efek sedasi yang disertai acuh tak acuh terhadap rangsang dari lingkungan

Seperti itulah mengenai skizofrenia, semoga bermanfaat.

%d